Bismillah,
Bulan Februari 2021 akan dikenang oleh keluarga besar "beroyot"Damiri H Rais-Umi Kalsum" sebagai bulan yang bersedih tetapi banyak belajar dari musibah yang menimpa keluarga besar itu. Apa itu? Itu adalah meninggalnya dr Rusdi Damiri, SpOG, warga beroyot yang paling dibanggakan, seorang dokter yang mumpuni dan anggota keluarga yang baik hati. Tulisan ini akan ditulis secara berseri tentang pelajaran yang bisa dipetik dari sosok Rusdi Damiri.
Pejuang dalam keluarga
Dalam keluarga Damiri H Rais semua adalah pejuang. Mengapa? Karena pak Haji Damiri yang asal Kayuara Sekayu Musi Banyuasin hanyalah seorang sopir. Tetapi mempuyai cita-cita yang tinggi, ingin mengangkat keluarganya ke derajat yang lebih tinggi dalam urusan dunia dan juga dari perspektif akhirat. Untuk itu dia bersama istrinya pindah ke kota Palembang.
Setelah tiba di kota Damiri meyekolahkan anak-anaknya termasuk dr Rusdi. Rusdi adalah anak kedua dalam keluarga pak Damiri. Anakpertamnya yakni Hj Mariani, seorang bidan yang setelah dewasa menikah dengan dr Usman Said, belakangan adalah Prof dr SpOG.
Rusdi berjuang keras untuk menamatkan sekolah dokter di FK Unsri walau sempat jadi sopir taksi.
Menyiapkan kuburan di AMG
Dr Rusdi menurut istrinya dr Yurnelis Sofyan telah menyiapkan kuburannya dan istri di Al-azhar Memorial Garden pada oktober 2019, yang dia pernah utarakan dengan penulis pada bincang-bincang ringan di Inggeris kala kami brrwisata bersama di sana pada April dan Mei 2029.
Waktu berlangsung pemakaman alm dr Rusdi di AMG semua berlangsung sakral, meski dalam suasana sedih. Pihak manajemen menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. Taman pemakaman itu bernuansa islami dan nyaman.
Waktu berwisata di Inggeris kami berenam, lima saudara dan satu anak, berjalan beriringan lalu mencari makanan halal dan shalat bersama. Rusdi dan istrinya berjalan beriringan  saling menyangi satu sama lain. Sementara  penulis dan istri, kakak ipar yang lain bersama keponakannya.Lebih lengkap baca di sini.