Bismillah,
Kita baru saja mengalami musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182. Pada saat yang bersamaan banyak saudara kita yang mati jadi korban bencana longsor di kabupaten Sumedang Jawa Barat. Mari kita doakan kepada Allah agar mereka semua diampuni dosa-dosanya dan dimasukkan ke dalam golongan hamba yang mati syahid.
Orang yang mati syahid itu pada hakekatnya hidup di sisi Allah. Tulisan ini menceritakan banyak tentang pengalaman penulis terbang dengan badai atau cuaca buruk.
Terbang ke mana saja?
Penulis tidak terlalu banyak terbang dengan pesawat. Tentu jika perlu saja. Pertama kali terbang dengan pesawat adalah ketika dipanggil untuk tes penentuan hasil akhir mau jadi Agronomist Sumbagsel pada tahun 1983. Setelah itu berangkat ke Inggeris tahun 1986, ke Arab Saudi tahun 1989, pergi haji tahun 2003-2004.Â
Berikutnya naik pesawat terbang ketika saya bertugas di Pusat penelitian lingkungan hidup (PPLH) Universitas Sriwijaya antara tahun 1991 - 1998, menjadi kepala Bappeda kota Parabumulih antara tahun 2004 sd 2006, menjadi pensyarah di Universiti Pendidikan Sultan Idris Tanjung Malim Perak Malaysia antara tahun 2008-2011, dosen di Universitas Palembang antara tahun 2011-2017, menjadi dosen di PPSKM STIK Bima Husada Palembang, antara tahun 2017-2020.
Penerbangan domestikÂ
Pengalaman terbang yang mengalami cuaca buruk adalah antara Palembang dan Jakarta, antara Palembang dan Pangkal Pinang, antara Bandung dan Semarang, antara Jakarta dan Palangkaraya, antara Jakarta dan Makasar, antara Jakarta dan Den Pasar serta antara Makasar dan Ambon, antara Jakarta Bengkulu, antara Palembang dan Medan, antara Palembang dan Batam serta antara Medan Banda Aceh.
Penerbangan Internasional
Penerbangan Internasional yang penulis mengalami badai adalah antara Inggeris dan Athena, antara Jakarta- Kuala Lumpur, antara zkuala Lumpur -Ho chi min City, Kuala Lunpur -Guang Jao, Kuala Lumpur- Padang, Kuala Lumpur- Jeddah. Saya juga pernah mengalami badai kecil ketika naik pesawat antara Jakarta -Jeddah, Jakarta -Madinah, Jakarta -Tokyo, Jakarta Singapore, Jakarta -Manila serta Jakarta -Bangkok. Namun kesemua badai yang saya alami di atas berkisar antara 10 sampai 30 menit.
Lima jam terbang dengan badai