Bismillah,
Alhamdulillah, Allahumma shaliala Muhammad. Saya beruntung berasal dari keluarga ayah yang besar. Saudara ayah saya ada 12 orang. Dari keluarga ayah itu saya mempunyai banyak saudara sepupu. Banyak pelajaran berharga yang dapat kami ambil dan menarik diungkapkan di sini. Tulisan ini memaparkan seorang Asdin Ganal, yang mampu menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang perguruan tinggi dengan modal nekad.
Siapa Asdin?
Asdin tidak jelas sekolah di mana dan hingga kelas berapa. Asdin diyakini tidak tamat SD tapi dia sangat gaul.  FB dan WA dia punya dan sudah sangat  piawai. Penampilan Asdin tak jauh dengan seorang Sarjana. Kenapa? Karena memang dia adalah bapak dari banyak sarjana.
Asdin sejak remaja ikut pamannya M Djalim yang dia panggil "bak kecik". Keluarga Djalim sudah ada anak dua atau tiga orang kala itu. Asdin remaja yang putus sekolah itu ikut keluarga Djalim, pamannya itu untuk menyambung hidup. Hari-hari dia membantu pamannya itu atau cari upahan dengan keluarga lain. Dapat dimaklumi karena keluarga Djalim juga kala itu kondisi ekonominya juga susah.
Setelah beberapa tahun ikut pamannya, Asdin dapat jodoh tepatnya dengan seorang gadis di Desa seberang sungai yakni desa Suka Negeri, Jahini namanya. Sebelum menikah Asdin diajak membuka lahan untuk berkebun kopi di Dataran Kepahyang, 12 km di sebelah utara desa Suka Negeri. Kebun itu berdekatan dengan kebun pamannya M Djalim Hamzah, bibinya Siti Khodijah Hamzah dan paman yang lain yakni A Rahim Hamzah.
Pindah ke Sukaraja Seluma
Sekitar 10 tahun setelah menikah, kehidupan Asdin masih biasa-biasa saja. Karena itu ada dorongan kuat dia dan istrinya untuk mengubah nasib di tempat lain. Asdin memilih Sukaraja Seluma, km 25 sebelah selatan kota Bengkulu. Asdin resmi pindah ke daerah itu pada tahun 1987. Â Jarak kepindahan Asdin ke Sukaraja sekitar 120 km lebih dari desa Sukanegeri Air Nipis Bengkulu Selatan.
Semua anak dan mantunya sarjana
Ketika penulis menyelidiki tahapan bagaimana dia menyekolahkan anak-anaknya. Asdin yang piawai bertukang kayu, batu dan baja ringan itu punya strategi yang mencengangkan. Anak tertuanya bernama Migiyanti dia kuliahkan jadi guru. Anaknya yang lain dia sekolahkan hingga jenjang SMK atau SMA. Tentu saja dengan modal ijazah SMK atau SMA sudah memadai untuk bekal hidup.
Dalam perjalanan Migi hampir tamat, adiknya Afen memperoleh beasiswa  untuk jenjang D3 di UNP Padang.  Alfen sukses sekolah dengan biaya tambahannya sendiri karena dia pandai melakukan servis barang elektronik.