Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Al Quran Memerintahkan agar Manusia Tidak Melupakan Sejarah

1 Oktober 2020   08:13 Diperbarui: 1 Oktober 2020   08:47 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejarah Qorun juga menghiasi alquran sebagai pelajaran ketika seorang manusia diberi kekayaan yang melimpah, tetapi ketika diminta membayar zakat malahan menyombongkan diri. Bahwa dia dapat harta yang melimpah itu tidak ada hubungannya dengab Allah tetapi karena kerja keras dan ilmunya. Maka ini harus dipedomani. Jangan sampai kita seperti Qorun.

Jangan lupakan sejarah

Jika dalam alquran saja banyak sejarah orang-orang yang soleh dan orang-orang yang salah. Dan itu diabadikan dalam alquran yang keberadaannya dijaga oleh Allah swt. 

Israil sejak 50 tahun ke belakangan telah mencoba melakukan "genosida" terhadap anak-anak dan orang dewasa palestina penghafal alquran. Tapi usaha tersebut jelas akan menjadi sia-sia. 

Saya dapat informasi dari sumber yang layak dipercaya ternyata makin banyak anak palestina yang dibunuh makin banyak pula kelahiran yang Allah kirim melalui ibu-ibu palestina. Banyak ibu-ibu palestina yang melahirkan anak kembar 6 hingga 8 orang setiap kelahiran. Ini benar-benar di luar akal sehat, tapi nyata.

Sejarah sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia juga mesti jadi pedoman bagi bangsa kita. Kenapa karena sejarah adalah pedoman, petunjuk dan pembeda agar jalan yang harus kita lalui sebagai bangsa mesti terseleksi dengan baik. 


Pemberontakan PKI sejak sebelum merdeka, sesudah merdeka mesti dicatat dalam "hard drive" yang bermemori besar agar jangan sampai terlupakan. Kenapa? Karena pendirian negara kita sangat jelas sebagai "berkah rahmat dari Allah Yang Maha Kuasa" yang berdasarkan ketuhanan yang maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab  Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanan dalam permusyawratan /perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka sangat jelas bahwa pengisian kemerdekaan negara kita tidak bisa ada ruang bagi ideologi "tidak bertuhan" atau atheisme, komunisme dan Marxisme. Jika itu ada, maka sama saja dengan menghianati para pendiri bangsa yang mayoritas berketuhanan yang Maha Esa.

Jayalah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun