Bismillah,
Ketika kita belajar pendidikan kewarga negaraan atau juga pendidikan Pancasila pada masa dahulu,, kita belajar kata demokrasi. Maka betapa detmokrasi itu adalah alat atau prasana yang baik untuk memilih pemimpin. Â Dalam perjalanan kata demokrasi itu menjadi ajang memperoleh kemuliaan tetapi juga bisa menjadi ajang memperoleh kehinaan. Â Tulisan ini mengupas tentang demokrasi yang bisa menjadi ajang menjadikan orang mulia atau sebaliknya.
Demokrasi vs Amanah
Jika demokrasi dilaksanakan dan diselenggrakan dengan baik, mulai dari input yang baik, diproses dengan baik maka diyakini outputnya akan otomatis baik. Dalam demokrasi yang baik itu dimulai dengan melengkapi administrasi keuangan yang dilaksanakan dengan baik. Administrasi itu menyangkut dengan data atau "curiculum vitae" seorang calon legialatif atau seorang calon eksekutif.
Teman saya pernah mencalonkan diri menjadi salah satu bakal calon kepala daerah provinsi tempat saya tinggal. Dalam proses pencalonan itu teman saya mengisi formulir pendaftaran. Semua berlangsung secara biasa-biasa saja. Tetapi pada waktu akan dipilih oleh partai maka persoalan menjadi berubah. Partai memerlukan sejumlah untuk itulah, untuk inilah. Nampak betul bahwa calon yang komit, tapi tak punya sejumlah uang tak akan lolos dalam pencalonan itu
Teringat amal jariah vs dosa jariah
Demokrasi yang melibatkan rakyat secara langsung maupun melalui perwakilan.jika dilakukan dengan input yang baik, diproses dengan baik maka akan memghasilkan pemimpin atau legislator yang baik juga. Mereka yang terpilih itu akan menjalankan mesin amal jariah karena dipilih dari orang yang vaik, diproses dengan cara yang baik, tidak sogok menyogok. Tetapi jika ada sogok menyogok maka berarti prosesnya tidak baik maka otoomatis hasilnya juga tidak baik. Di sini akan terjadi dosa jariyah atau dosa terus menerus.
Pada kasus di mana pemilihan kepala desa, atau kepala daerah bahkan kepala yang lebih lebih besar jika dilakukan dengan cara yang baik sesungguhnya akan merupakan amal jariyah. Nal yang tidak putus-putus. Â Tetapi mujur tak dapat diraih malang tak dapat dielakkan jika masukannya dan prosesnya dilakukan dengan cara tidak baik maka otomatis hasilnya akan tidak baik. Â
Demokrasi yang memuliakan vs menghinakan
Demokrasi yang dikenalkan dari barat yang dipraktekkan oleh rakyat di banyak negara di dunia akan memuliakan atau menghinakan pelakuknya. Â Bagaimana demokrasi akan memuliakan pelakunya? Mudah saja jawabannya. Jika pemilihan umum, pemilihan pemimpin, pemilihan anggota dewan di semua jenjang, dilakukan dengan sistem yang fair maka hasilnya akan memuliakan pelakunya. Pada waktu mendaftar bakal calon dites apakah sehat jasmani dan rohani dengan tes yang berkualitas. Yang sehat jasmani dan rohani akan lulus. Yang tidak swhat jasmani dan rohani jangan diluluskan. Sampai di sini input calon terjaga dengan baik. Demikian juga proses kampanye, proses pemungutan suara mesti dilaksanakan dengan baik. Maka demokrasi dwngan cara ini akan memuliakan calon, akan memuliakan partai dan akan akan memuliakan bangsa dan negara kita.
Tetapi sebaliknya jika dalam pencalonan sudah ada intrik-intrik yang tidak baik, diproses dengan tidak baik, ada rasuah dalam proses pemungutan suara maka berarti proses pemungkutan itu tidak mulia. Jika proses pelaksanaan dsmokrasi itu tidak baik maka berarti demokrasi itu cacat. Demokrasi yang cacat akan menghasilkan "output" hina di mata tuhan kita, walau mulia di depan manusia. Jadi terserah kita mau pilih demokrasi yang memuliakan atau menghinakan kita? Yang jelas akan ada pengadilan di akhirat nanti. Itu adalah hal yang tersurat dalam Pancasila ketika ada sila ketuhanan Yang Maha Esa.