Bismillah,
Banyak hal dalam hidup ini yang kita tidak pernah akan mengerti jika hanya dengan ilmu pengetahuan maupun dengan teknologi. Pengetahuan dan teknologi manusia terbatas, karena keterbatasan mata, telinga, otak dan hati manusia. Â Itulah yang disebut kebenaran relatif. Sementara kebenaran absolut hanya milik Allah swt. Tulisan ini membuktikan kebenaran relatif vs kebenaran absolut.
Petani yang "gundah"
Di Cipanas Cianjur jawa barat, ada seorang petani, sebut saja Fulan, mengurus lahan pertaniannya yang ditanami sayuran kangkung cabut, bayam, caisim, dan sawi putih selama berbulan bulan, menggarap lahan, menyemai bibit, dan memupuk serta merawat nya hingga panen. Banyak modal telah dia gelontorkan plus tenaga yang tak mungkin dihitung.
Waktu panen saat ramadhan menjelang lebaran ada dalam perencanaan ketika Fulan menanam, karena biasanya pengalaman tahun tahun sebelumnya sayuran dihargai lebih tinggi pada saat seperti itu.
Taqdir Allah atau Qadarullaah terjadi pandemi covid 19. Fulan resah, setiap hari mencari informasi tentang  perkembangan  kondisi, dan ternyata berhembus kabar bahwa pemerintah melakukan pencegahan penyebaran dengan melaksanakan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. Fulan adalah salah satu suplier sayuran ke pasar induk di Jakarta. Ini berarti  bahwa tak akan ada lagi aktifitas jual beli kesana.Â
Hati Fulan semakin gundah. Terbayang olehnya bahwa panen kali ini tak akan bisa di jual sesuai ekspektasinya. Dalam hati dia berdoa, "ya Allah bantu aku ya rabb". Walau demikian dia tetap merawat tanamannya dengan baik.
Tawaran Tengkulak
Tengkulak berkeliaran, menawarkan "solusi" membeli semua hasil panen namun dengan harga murah. Ini tidak biasa. Biasanya Fulan langsung membawa dagangannya ke Jakarta. Maklum moda transportasi banyak.
Salah satu tengkulak menemui Fulan.
" Kami cuma mau bantu aja, sebenarnya belum tau juga mau jual kemana, orang gak boleh kemana-mana, ya, itu sih terserah kalo mau (jual) silahkan, kalo gak mau ya gak apa-apa.. kita kasian aja. Sayuran gak dipanen kan sayang.." bujuk tengkulak menekan harga.
Fulan bimbang. Harga beli tengkulak gak masuk akal seandainya setara dengan modal pun sudah rugi tenaga dan waktu, apalagi ini dibawah modal, ruginya banyak, gumam Fulan.