Ketiga, jangan mengeluh dan mencela musibah.Â
Musibah kebanyakan tidak enak. Saya sendiri sering mengalami musibah. Yang paling berat  dan selalu teringat adalah ketika saya dan teman kecelakaan sepulang dari itikap di daerah pematang panggang kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan sekitar tahun 1995.Â
Kami menabrak tunggul pohon kelapa di pi ggir jalan ketika suasana hujan lebat dan keadaan gelap. Tetapi kami bersyukur karena penanganan dari puskesmas terdekat berlangsung dengan baik. Pada hal itu hari Minggu yang ternyata dokter ada. Biasanya Minggu dokter tidak ada. Kemudian kami cepat dievakuasi dan dirujuk ke RS di kota Palembang. Saya pun mengalami luka robek di tangan. Mobil rusak parah. Tetapi semua bisa dilewati dengan baik. Biaya pengobatan Allah beri dengan caraNya sendiri.
Demikian juga dengan musibah yang menimpa saya dan anak saya sepuluh tahun berikutnya. Kaki kanan saya patah dan motor rusak. Mata kiri korbeanya masuk ke dalam. Tapi Alhamdulillah kaki bisa pulih dalam dua bulan. Demikian juga mata segera pulih.
Rasa menerima dan ridho terhadap musibah merupakan modal yang harus kita miliki. dalam kondisi apapun sangat diperlukan rasa ikhlas dan ridho terhadap musibah. Kita tidak perlu menyesal dan mencela mereka yang terlibat dalam.musibah tersebut. Ucapkan Alhamdulillah dan minta kepada Allah pahala atas musibah itu dan mohon diganti dengan yang lebih baik.
Wallahu alam bishawab.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H