Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ribut Soal Banjir ala Babe Ridwan Saidi

2 Januari 2020   11:03 Diperbarui: 2 Januari 2020   11:12 1631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari jakshared

Bismillah, Alhamdulillah, Allahumma shaliala Muhammad.

Saya termasuk orang yang ngefans dengan babe Ridwan Zaidi.. budayawan, sejarahwan dan pegiat seni asal Betawi. Cara ngomong dan ngemongnya pada orang kebanyakan beda sama yang lain. Walau lucu karena ala Betawi tetapi mengena dihati. Kali ini dia buat nyinyiran tentang ribut soal banjir.

Pada awal tulisannya yang sederhana itu yang saya dapatkan di FB. Dia memulai nyinyirannya bahwa dia adalah orang Jakarta.  Dialah Sohibul hajatnya Jakarta. Maknanya babe Ridwan Saidi adalah orang yang paling tahu tepat  dan tahu tentang seluk beluk Jakarta. 

Menurut bang Ridwan Saidi Jakarta itu adalah kampung air. Kampung air itu bernama rawa. Lihat saja di Jakarta banyak sekali nama nama kampung dengan nama rawa. Mulai dari Rawa Sari, Rawa Bunga, Rawa Bokor dan rawa rawa lainnya.

Yang dimaksud rawa oleh bang Ridwan Saidi adalah hamparan lahan yang berair. Rawa ini ada yang airnya air tawar tetapi ada pula yang airnya payau atau asin. Jika air tawar rawa tersebut dikenal juga dengan nama rawa Lebak. Sedangkan jika airnya payau dikenal dengan rawa pasang surut.

Di seluruh Jakarta rawa Lebak itu banyak dijumpai pada daerah yang belum atau tidak ada pengaruh air laut. Sedangkan rawa pasang surut dijumpai pada daerah yang ada pengaruh pasang surut air laut.

Bang Saidi lebih lanjut mengatakan kepada mereka yang mengeluh tentang banjir di Jakarta suatu pesan penting. Bahwa yang namanya kampung air berarti tempatnya air. Seiring berjalannya waktu kampung air itu ditempati orang. Karena itu jangan heran jika air mengamuk karena kalianlah yang menempati kampungnya air bukan air yang menempati kampungnya orang. Beliau menyarankan agar jangan mengeluh jika terjadi banjir.

Nyinyir pada pengritik gubernur

Babe Ridwan lebih lanjut mengatakan bahwa banjir di Jakarta bukan terjadi sekarang saja. Banjir sudah terjadi sejak jaman Belanda, zaman kompeni, jaman dahulu kala. Banjir juga berarti sudah  terjadi sejak sebelum merdeka, sesudah merdeka dan selalu terjadi. Mengapa karena Jakarta memang kampung air.

Kepada para pengeritik gubernur Jakarta Anies Baswedan bang Ridwan ingin menjelaskan bahwa bukan soal banjir yang selalu disalahkan. Tapi ini ada kaitannya dengan hatimu, hati para pengeritik gubernur Anies. Menurut bang Saidi mestinya jangan dengkilah kepada pak gubernur. Beliau itu menurut para pendukungnya add adalah gubernur yang bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja ikhlas mengurus banjir di Jakarta.

Ada himbauan keras dari Babe Ridwan agar para pengritik pak gubernur agar berhentilah mengritik. Jika kurang nyaman keberadaanmu di Jakarta babe menyarankan agar pulang saja ke kampungmu di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun