Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mungkin Kita Pernah Rusak Keharmonisan Orang Lain

28 Oktober 2019   17:12 Diperbarui: 28 Oktober 2019   17:54 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada suatu kesempatan Nabi Muhammad Saw pernah bersabda bahwa dua benda di antara dua rahang dan di antara dua paha bisa mengantarkan pemiliknya ke surga atau ke neraka (Sahih Buchori dan Muslim). 

Apa benda di antara dua rahang itu? Itu adalah lidah. Lidah jika digunakan dengan baik akan memasukkan pemiliknya ke surga. Sebaliknya jika digunakan dengan buruk akan mengantarkan pemiliknya ke neraka.

Tulisan ini mengupas tentang bagaimana logikanya lidah kuta menjadi sumber masalah dan mengantarkan pemiliknya ke neraka. 

Pada suatu saat seorang pemuda yang sudah beristri mendatangi adik perempuan yang baru saja melahirkan anaknya. Dengan disadari atau tidak lelaki itu bertanya kepada adiknya, apa yang diberikan suamimu sebagai hadiah sehabis kau melahirkan. Adiknya menjawab, dia tidak memberikan apa-apa bang. Wah, suamimu kok pelit amat. Kalau saya selalu memberikan hadiah kepada istri, apalagi sehabis melahirkan.

Karena komentar abangnya itu adiknya terlibat pertengkaran hebat. Minggu depannya mereka bercerai. Siapa sumber masalahnya? Itu adalah abangnya sendiri yang tidak pandai menjaga lisan.

Ada kesempatan lain seseorang bertemu dengan seorang kakek. Kakek ini ini dikontak oleh anak-anaknya sebulan sekali. Laki-laki itu berkomentar bahwa naka-anakmu tegahnya membiarkan orang tua seperti ini. Mendengar komentar seperti itu kakek itu marah kepada anak,-anaknya maka kacau balau lah keluarga itu.

Pada kali yang lain sebuah keluarga yang tinggal di rumah sederhana tapi harmonis. Seseorang bertamu dan berkomentar bahwa rumahmu ini kecil karena anak-anakmu banyak. Kenapa kalian zalim dengan anak-anak. Mendapat komentar itu sang suami berhutang kepada bank. Rumah itu terasa sempit dan kebahagiaan mereka terusik. Di bank mereka tidak mampu bayar sehingga rumah mereka disita bank. Siapa sumber masalahnya? Iya itu tamu yang berkomentar tadi.

Pada kesempatan lain seorang teman bertanya kepada temannya yang lain. Berapa gajimu di perusahaan tempat kau bekerja. Berapa gajimi di sini. Temannya menja wab, Rp 1.5 juta sebulan.  Temannya memberi komentar, wah mosok vosnu memberi gaji sebegitu. Bosmu itu zalim. Mendengar komentar itu, dia dongkol dan meminta kenaikan gaji. Jangankan dinwikkab gaji tetapi dia bahkan diPHK. Nah, jelas sekali bahwa menjaga lisan sangatlah penting. 

Mudah dipahami mengapa nabi Muhammad SWT memperingatkan dengan keras agar menjaga benda diantara dua rahang. 

Sekarang ini lisan kita juga terekspresikan dengan lidah. Tulisan kita sama fungsinya dengan lisan terutama ketika menuliskan kebaikan-kebaikan. Sebaliknya sekarang dengan mudah pula menuliskan keburukan-keburukan.

Oleh karena itu sangat dianjurkan kepada kita agar hati-hati menjaga lisan, hati-hati menjaga tulisan di media sosial. Melalui lisan kita mungkin banyak orang lain hancur keharmonisan keluarga mereka. Demikian juga dengan tulisan di media sosial. Dampaknya begitu meluas. 

Pilihan terserah kita. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun