Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gagal Kerja di BUMN, Hari ini Jadi PhD

20 Oktober 2019   18:56 Diperbarui: 20 Oktober 2019   20:31 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini tidak untuk riya' tetapi lebih kepada mengajak semua untuk bersyukur dan mengambil hikmah dibalik perjalanan anak kami yang hari ini diwisuda di UUM Kedah Malaysia. Dengan mengucap bismillah dan selawat kepada nabi mari kita lanjutkan membaca tulisan ini.

Enam tahun yang lalu anak saya, Ahmad Affandi Supli, mengajak 4 temannya ke rumah waknya di sebuah kota di ujung selatan Sumatera. Saya tanya mau apa kamu ke sana. Saya mau ujian masuk jadi pegawai salah satu BUMN di sana, katanya.  Ok, saya bilang. Doa dan usaha, semoga lulus, selamat jalan.

Pulang dari sana dia memberi tahu saya dan juga ibunya. Saya gak lulus Abi, katanya dengan nada sedih. Kenapa kamu bersedih nak? Saya saja yang tidak lulus, teman-teman  yang saya ajak lulus semua. Sudahlah saya bilang, itu belum rezeki kamu.

Setelah itu Ahmad bisa menjalani kehidupan seperti biasa sebagai asisten dosen di Fakultas tempat dia dibesarkan. Sampailah pada suatu waktu di kampus tempat saya, bapaknya mengabdi kedatangan profesor dari University Utara Malaysia disingkat UUM. UUM ini adalah kampus tempat anak saya yang lain, adik Ahmad menamatkan S1.

Sebagai asisten dosen Ahmad belum berkeinginan untuk kuliah. Masih trauma karena teman-temannya diterima di BUMN yang bergengsi itu. Saya coba untuk membujuk dia untuk sekolah di UUM itu. Beliau masih dingin. 

Berikutnya saya membujuk adiknya Ahmad untuk melanjutkan S2 di UUM. Adiknya juga belum berminat karena dia ingin melanjutkan ke tempat lain.

Waktu terus berjalan saya mencoba meyakinkan mereka bahwa jika kalian berdua sama-sama maka itu ada kebaikan karena kalian bisa saling jaga. Lagian kalau kampusnya beda antara kalian akan mahal bagi Abi dan Umi untuk mengirim kalian uang atau mengunjungi kalian.

Kalau kalian setuju kita minta formulir dengan para profesor itu, lalu kalian isi. Nanti dulu memikirkan biaya sekolah. 

Setelah beberapa lama mereka berdua mau mengisi formulir dan mengirimkannya ke UUM. 

Menunggu dan menunggu adalah pekerjaan mereka Abang adik itu. Sampai suatu saat mereka berdua diterima. Teman mereka yang sama-sama mendaftar tidak diterima.

Setelah musyawarah, saya diutus mengantar mereka ke kampus UUM. Bagi Adik Ahmad,  itu tidak masalah karena dia alumni sana. Ahmad harus ikut tes bahasa Inggris dan ikut kursus bahasa Inggris selama satu semester. Itu berarti bahwa Ahmad terlambat satu semester dari adiknya. Walau demikian ada kelebihan dan kekurangan yang dimiliki keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun