Bismillah.
Sebagai pendidik, sebagai pengamat lingkungan dan sebagai warga negara saya sedih. Sedih karena menyaksikan dan merasakan bencana yang melanda kampungku, kotaku, provinsi ku dan negeriku mengalami bencana asap.Â
Saya mencoba merenung dan merenung. Mengapa terjadi bencana asap. Mengapa dari dulu kejadian bencana asap ini tidak pernah berhenti dan bahkan cenderung lebih parah dan parah. Benarkah ini musibah atau azab?
Bila kita runut penyebab bencana asap yang acap kali melanda negeri ini maka ada sejumlah isu penting yang terkait.
Pertama, bencana asap terjadi pada saat berlangsungnya musim kemarau yang panjang dan tak turun hujan. Tahun ini musim kemarau tergolong kering bahkan sangat kering karena sejak 3 bulan terakhir tidak turun hujan.Â
Kedua, pada saat kemarau seperti ini rumput dan semak menjadi kering sehingga rentan terjadi kebakaran baik secara buatan maupun secara alami. Kebakaran hutan dan lahan secara buatan dilakukan oleh perorangan atau oleh perusahaan.
Kebakaran secara alami dapat terjadi dan sering terjadi karena adanya konvergensi cahaya matahari menuju suatu titik. Konvergensi ini terjadi pada celah-celah awan, atau celah-celah pohon atau bebatuan di pegunungan.Â
Ketiga, kebakaran lahan gambut baik alami maupun buatan susah dipadamkan karena melibatkan gambaran gambut yang luas dan dalam.Â
Siapa yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan itu? Semua pihak hampir terlihat dalam terjadinya kebakaran itu. Kok bisa? Iya. Karena semua pihak berperan dengan cara-caranya masing-masing.
Petani kecil, orang perorangan, pengusaha perkebunan melakukan pembakaran baik sengaja maupun tidak sengaja. Bagaimana membakar lahan secara tidak sengaja? Misal membuang puntung rokok secara sembarangan.Â
Pembakaran sekala kecil juga tanpa sengaja bisa merambat ke lahan tetangga. Karena kering api dapat menjalar dengan cepat ke lahan bahkan hamparan yang luas. Kondisi seperti.ini menjadi susah dipadamkan.