Sukhoi jet super 100, adalah kata yang paling banyak mendominasi media elektronik, cetak dan pembicaraan di warung kopi di negeri ini pada bulan Mei tahun 2012 ini. Meskipun pesawat ini milik Rusia namun banyaknya penumpang yang menjadi korban jatuhnya pesawat nahas ini yang notabenenya penduduk negeri bernama Indonesia maka sesungguhnya musibah ini adalah musibah negeri tercinta. Suka atau tidak musibah itu berada di kampung SBY bukan di kampung PUTIN. Adalah program "joy flight" atau kalau di darat itu mirip dengan "test drive" untuk kendaraan baru, program penerbangan yang mengundang anak negeri. Sejumlah undangan disebar, mulai dari potencial "buyers" hingga kepada wartawan media cetak dan elektronik. Tujuannya sama yakni untuk memamerkan kehebatan produk Rusia bernama Sukhoi Super Jet 100, suatu pesawat terbang komersial yang ditelurkan oleh induknya pabrik pesawat tempur terkenal di dunia bernama Sukhoi. Hanya pada tahun 2008 pabrik pesawat tempur ini kemudian mencoba menempatkan dirinya menjadi pesaing industri pesawat terbang komersial dunia bernama Boeing dan Air Bus dengan membangun pesawat komersil canggih jenis jet super 100. Tidak heran jika pesawat ini mulai ramai menerima pesanan dari seluruh dunia. Pada tahun-tahun mendatang mereka menargetkan memproduksi 1000 buah pesawat dengan kapasitas penumpang 100 orang. Banyak pelajaran dari musibah jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak ini, tidak saja bagi Sukhoi tetapi juga bagi bangsa Indonesia. Pertama, bagi Sukhoi jika hendak melakukan joy flight tidak salah jika diserahkan kepada pilot domestik, yang banyak tahu tentang asam garam penerbangan di negeri di manapun joy flight itu dilaksanakan. Jujur saja jika joy flight itu hendak dilakukan oleh orang asing di negeri yang juga asing baginya, maka tidak mengherankan jika dia tidak tahu di mana saja kawasan yang aman untuk terbang dan di mana kawasan yang tidak aman. Sebaliknya, jika orang Indonesia sekalipun jika ingin melakukan joy flight di negeri lain pastikan jangan menggunakan pilot Indonesia tetapi gunakanlah pilot negeri tempat dilakukan joy flight itu. Pelajaran kedua, bagi negeri kita kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 ini memberikan pelajaran bahwa bangsa Indonesia masih memiliki sifat kegotong-royongan yang sangat kental. Bayangkan, tempat jatuhnya pesawat itu sungguh menyeramkan karena topografinya tegak lurus, dengan jurang yang dalam. Namun banyak sekali unsur pemerintah, Basarnas, masyarakat, tentara, polisi dan semua-semua tumpah ruah dalam suatu pasukan melakukan pencarian dari berabagai arah dan cara. Ada yang dari udara, ada yang dari darat, ada yang menggunakan teknologi canggih ada juga yang menggunakan teknologi sederhana. Pendek kata semua bahu membahu bekerjasama, siang dan malam, dengan satu tujuan mencari korban dan mengevakuasinya. Sungguh, musibah ini merupakan campuran antara sedih, haru dan membanggakan. Sedih dan haru karena musibah dari tuhan, banyak yang jadi korban. Membanggakan karena semua pihak sangat kompak dan tanpa pamrih. Pelajaran ketiga, musibah ini bisa jadi human eror, bisa jadi technical failure tetapi yang paling penting bahwa musibah ini ada dalam planning atau rencana Allah. Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa tetapi Allah lah yang paling berkuasa. Kita mestinya banyak introspeksi diri, mengapa musibah ini terjadi? Adakah Allah cemburu dengan kita? Siapa tahu kita terlalu kagum dengan makhlukNya bukan kepadaNya? Jika waktu shalat sudahkah kita mengutamakan panggilanNya? Banyak lagi pelajaran yang dapat kita petik dengan kejadian jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 ini. Jika ada pelajaran lain dari kasus ini, saya mengundang teman2 semua untuk memberikan komentar terhadap tulisan ini. Salam hormat dari Palembang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H