Mohon tunggu...
Supli EffendiRahim
Supli EffendiRahim Mohon Tunggu... Penulis - pemerhati lingkungan dan kesehatan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin jadi orang baik di mata Allah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Kita Bukan Kehendak Kita tetapi Allah

22 Agustus 2021   02:54 Diperbarui: 22 Agustus 2021   06:06 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Kita manusia mungkin selalu mengalami hidup yang tidak mudah - dihina orang, dizalimi orang atau dipuji orang. Tanaman dalam gambar ini memberi inspirasi kepada penulis untuk menganalogikan kehidupan tanaman hias liar ini dengan kehidupan manusia. Dia hidup di tempat yang sulit, tanpa direncanakan, tetapi dibiarkan oleh manusia untuk tetap eksis. Tanaman ini seakan berkata bahwa ada pencipta kami bersama kami, karena itu biarkan kami tetap hidup.

Neneknya sudah tiada

Tanaman asal kami peroleh dengan cara membeli dari tukang tanaman hias di pinggir jalan Bukit Besar kota Palembang dengan harga yang cukup mahal. Kami tanam di sejumlah pot dengan kasih sayang. Dipupuk, disiram. Mereka tumbuh dengan bagus di sejumlah pot. Tiba-tiba diserang oleh hama ulat. Tanaman ini semuanya tanpa daun dan hidup merana. Ada yang sempat berbuah, ada yang mati. Yang berbuahkami tanam lagi, tetapi tetap saja terserang hama dan berangsur puna. Aneh bin ajaib tanaman ini banyak yang hidup di sela-sela batu. Kami biarkan dan sampai sekarang tidak diserang oleh hama. 

Pelajaran berharga

Kita manusia termasuk penulis mengalami hidup seperti tanaman ini. Hidup di suatu lingkungan secara baik-baik tetapi ada upaya yang bersifat sistematis menyerang agar kita menjauhkan diri ke tempat lain. Dengan ikhlas kita mencoba bertahan. 

Dengan keyakinan bahwa bertahan di trm0at yang lama adalah bagian dari perjuangan yang tidak salah. Tetapi serangan demi serangan tetap saja terjadi. Maka penulis mengasingkan diri dan berhijrah walau tempat itu banyak batu.

Di tempat baru juga ada permasalahan yang tidak kala beratnya. Hanya saja bentunya saja yang berbeda. Dengan sungguh-sungguh dan sabar kita tetap bertahan dan tetap sajaada serangan.

Apa yang dialami oleh tanaman ini mulai dari kakeknya adalah pelajaran berharga bagi manusia jika kita ingin menjadikannya pelajaran. Pelajaran itu datang dari pencipta kita. Kita ditunjukiNya agar selalu bersungguh-sungguh dalam.menjalani hidup tetapi harus sabar. 

Di dalam pot ada serangan, di luar pot ada juga serangan. Tetapi tanaman ini memperoleh sifat tahan yang luar biasa karena dia tahanmenderita yakni hidup di sela-sela batu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun