Bismillah,
Meskipun kita adalah orang beriman, taat terhadap ajaran agama, ada tahta, ada harta, ada wanita atau pasangan, tapi syaithan tidak pernah putus asa untuk menyesatkan kita. Mereka tidak pernah putus asa untuk mengajak kita keluar dari jalan hidayah, mengajak kita memasuki api neraka. Tulisan ini mengungkapkan tips menjaga hidayah.Â
 Syahwat, harta, tahta dan ujub
Manusia beriman selalu dalam godaan syaitan. Dalam menjalani kehidupan, manusia beriman akan selalu digoda syithan dari depan, dari belakang, dari samping dan dari bawah agar ikut mereka. Syaithan ingin menjatuhkan manusia beriman melalui kesenangan dunia berupa syahwat kepada lawan jenis, atau terhadap jenis yang sama, mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, kemudian menyenangi tahta dan bahkan popularitas.
Banyak manusia beriman yang hancur kehidupannya karena syahwat kepada lawan jenis, banyak juga yang hancur karena syahwat kepada satu jenis berupa homosek atau biseks, atau lesbi. Manusia beriman maupun yang tak beriman mengalami kehancuran hidupnya karena mereka tidak tahan atau kalah dari godaan syaithan. Meskipun demikian  tidak sedikit yang terhindar dari perangkap syaitan karena memperoleh hidayah dan perlindungan dari Allah swt.
Demikian juga manusia beriman banyak juga yang masuk perangkap syaithan berupa syahwat berkuasa atau tahta serta syahwat untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya. Syahwat terhadap kekuasaan dan harta pada manusia beriman ataupun pada manusia tidak beriman jika dikendalikan dengan baik akan baik-baik saja.Â
Namun sebaliknya, jika kita tidak bisa mengendalikan nafsu kita terhadap godaan syaithan dan godaan tahta dan harta maka kita akwn jatuh kepada praktek-praktek memperoleh kekuasaan yang tidak halal, yang berimplikasi kepada praktek mengumpulkan harta yang juga tidak halal.
Praktek memperoleh kekuasaan secara sogok menyogok untuk menjadi anggota legislatif, eksekutif, yudikatif maupun ketika menjadi ASN mesti dihindarkan. Mengapa?  Karena ujung dari semua itu adalah penyesalan. Jika kita  menyesal masih di dunia dan kita bertaubat maka masih ada peluang untuk memperoleh ampunan Allah swt. Tetapi jika kita mati sewaktu belum bertaubat maka kita akan menyesal selama-lamanya. Dikubur meperoleh azab lubur, di akhirat memperoleh azab neraka.
Jika manusia beriman tidak hati-hati terhadap perangkap syaithan maka masih ada perangkap lain berupa ujub dan ghibah. Ada manusia beriman yang taat, tidak suka dengan praktek riba, tidak suka dengan zina, tidak senang dengan sogok menyogok. Tetapi tetap saja ada cara lain berupa ujub dan ghibah.
Syaithan menggoda  manusia taat berupa rasa bangga diri terhadap kesolehan dirinya. Dia bangga bahwa dia pasti masuk surga karena amalnya banyak, solatnya khusuk, dakwahnya banyak, pengikutnya banyak dsb.Â
Jika tidak bisa dibujuk syaithan dalam hal ujub dalam ketaatan beragama maka syaithan akan membujuknya pula agar melakukan ghibah terhadap saudaranya, pembantunya, terhadap atasannya  dosennya, mahasiswanya, keluarganya.Â