Mohon tunggu...
Supli EffendiRahim
Supli EffendiRahim Mohon Tunggu... Penulis - pemerhati lingkungan dan kesehatan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin jadi orang baik di mata Allah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kumenangis, Teringat dengan Dosa-dosaku, Ampuni Aku Ya Allah

16 Juni 2021   10:50 Diperbarui: 16 Juni 2021   10:56 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Kejadian demi kejadian adalah ibrah baiku dan bagi kita. Tidak bisa solat di masjid selama pandemi tepatnya tahun lalu tentu sebuah pelajaran berharga. Tidak bisanya pergi haji bagi para peserta tabungan ONH yang sudah mejunggu puluhan tahun itu juga suatu ibrah, pelajaran berharga bagi kita semua. Maka sangat bijaksana jika kita banyak-banyak mendekatkan diri pada Allah, rabb kita. Tulisan ini mengekspresikan perasaanku ketika teringat dosa-dosaku.

Semua punya dosa

Sebagai orang desa yang jauh dari kota, tentu jauh dari permainan, perbuatan orang kota. Orang desa waktu saya kecil relatif bersih dari praktek keuangan yang dilarang agama. Waktu kecil ayah ibuku terlibat dalam perdagangan. Tak pernah pinjam uang di bank seperti kami anak-anaknya yang PNS. Semua bisa maklum jika kami pinjam uang sana, pinjam uang sana. Kami sangat kenal dengan pinjam uang di koperasi simpan pinjam walaupun bunganya sangat besar dibanding pinjam di bank. Demikian juga ketika kami harus pinjam uang untuk beli rumah, pinjam uang untuk beli kendaraan dan sebagainya.

Ayah dan ibu hanya kenal dengan istilah perdagangan saja. Mereka bercocok tanam, memanen, menyimpan lalu menjualnya. Ayah dan ibu bertanam padi untuk makan dan berkebun kopi untuk biaya anak-anaknya sekolah. Dengan begitu menurut penulis ayah kami jauh dari perbuatan memakan uang riba karena tidak pernah pinjam uangh di bank atau pinjam uang di koperasi simpan pinjam. Ayah penulis biasa meminjam uang dari saudaranya yang kala itu adalah seorang pedagang.

Sekolah ke kota

Menyekolahkan anak ke kota kecil waktu itu belum begitu banyak tantangan. Beras, sayur dan belanja bulanan masih bisa diantar secara berkala oleh ayah karena jarak kota Manna dan desa kami tergolong dekat yakni 30 km saja. Namun ketika jarak kota tempat belajar dengan desa kami kala itu sudah melebihi jarak 400 km banyak persoalan timbul dan harus dihadapi dengan baik. Terbatasan uang dari pendapatan karena penulis memulai karir dari bawah. Tak bisa dielakkan untuk meminjam uang melalui bank atau koperasi.  Kondisi demikian menghantarkan kami ikuti godaan hedonisme perkotaan. Beli kendaraan roda dua atau roda empat merupakan tuntutan zaman. Sejak itu penulis mulai kenal dengan membeli sejumlah sarana dan prasarana yang tidak murah. Ketika membeli barang mestinya dilakukan dengan akad. Kita membeli mobil, atau rumah, motor dll dilakukan secara kredit dibolehkan asal akadnya yang kita angsur itu adalah barang bukat uang. Karena membayar uang dengan uang dengan jumlah yang berbeda itu adalah perbuatan riba,

Anda iku tahu

Andai kutahu
Kapan tiba ajalku
'Ku akan memohon
Tuhan, tolong panjangkan umurku
Andai kutahu
Kapan tiba masaku
'Ku akan memohon
Tuhan, jangan kau ambil nyawaku
Aku takut
Akan semua dosa-dosaku
Aku takut
Dosa yang terus membayangiku
Andai kutahu
Malaikat-Mu 'kan menjemputku
Izinkan aku
Mengucap kata taubat pada-Mu
Aku takut
Akan semua dosa-dosaku
Aku takut
Dosa yang terus membayangiku
Ampuni aku
Dari segala dosa-dosaku
Ampuni aku
Menangis kubertaubat pada-Mu
Aku manusia
Yang takut neraka
Namun aku juga
Tak pantas di surga
Andai kutahu
Kapan tiba ajalku
Izinkan aku
Mengucap kata taubat pada-Mu
Aku takut
Akan semua dosa-dosaku
Aku takut
Dosa yang terus membayangiku
Ampuni aku
Dari segala dosa-dosaku
Ampuni aku
Menangis kubertaubat pada-Mu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun