Mohon tunggu...
Supli rahim
Supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ayahku H Abdur Rahim Hamzah, Sang Motivator Keluarga Kami

15 November 2022   19:15 Diperbarui: 16 November 2022   03:20 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu hal yang sulit penulis lupakan pada sosok ayah adalah dia mau mendengarkan nasehat anak sulungnya pindah ke kota. Pada waktu anak sulungmya baru tamat kuliah dan masih hidup susah. Kepada ayah dan ibu serta adik-adik penulis memberikan gambaran bahwa nasib adik-adik akan lebih baik jika kita pindahkan ke kota. Kenapa kata penulis? Karena nasib mereka itu tergantung kita mengarahkannya.

Dua bulan pertama adalah masa yang sangat berat bagi penulis untuk menahan ayah dan ibu untuk tetap bertahan di kota. Karena pertama, ayah belum dapat pekerjaan. Kedua, tidak ada lahan untuk berusaha jadi petani. 

Setelah berdoa siang dan malam penulis memihta doa kepada ayah dan ibu untuk mencari lagan yamg ayah dan ibu inginkan untuk berusaha menanam sayur atau tanaman buah. Alhamdulillah setelah seharian penulis ditemani senior asal kampung ayah menemukan lahan yang dicari. Harganya cukup dibayar dengan sepeda motor dan sedikit tambahan uang. 

Penulis bekerja di perusahaan asing

Suatu hal yang cukup menyenangkan ayah dan ibu adalah bahwa menjelang keberangkatan penulis studi ke LN yakni ke negara oangeran Charles penulis sempat kerja di perusahaan asing. Dengan standar gaji yang jauh lebih baik dari PNS golongan III/a kala itu penulis mampu mendukung keluarga ayah dan ibi dengan adik-adik dan bahkan kakek waktu itu.

Dengan gaji itu rumah tempat tinggal dibenari yang sempat amblas karena tiangnya kurang besar tapaknya. Dari gaji itu bisa membeli.pupuk organik dan pupuk buatan bahkan kapur dan bibit tanaman. Sebelum berangkat penulis, ayah dan ibu bermalam di hutan calon kebun ayah dan ibu. 

Demo plot penulis ajarkan bagaimana mengapur, memupuk dan menanam tanaman. Maklum tanah kebun kala itu adalah tanah gambut tipis yang bereaksi masam dengan air tanah dangkal.

Ayah berpesan kepada tanaman

Sewaktu menanam pohon.ayah selalu berpesan agar berbuah yang banyak supaya dia bisa pergi haji. Itu merupakan pesan ayah untuk.anak-anaknya secara tak langsung. Alhamdulillah setelah 30 tahun setelah dia berpesan kepada tanaman cengkih yang dia tanam anak sulungnya dapat rezeki dan mengirim ayah dan bjnda pergi umrah bulan ramadhan. Ayah juga sudsh dibadal hajikan pada kesempatan terpisah.

Jayalah ayahku.. Engkau panutan kami anak cucumu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun