Bismillah,
Adalah manusiawi jika kita manusia sering dan bahkan selalu mudah berprasangka terhadap apa saja di sekitar kita. Bahkan kita sering berprangka kurang baik kepada pencipta kita, kepada orangtua kita, pasangan kita, anak kita, tetangga kita. Pernah juga Yahudi berprasangka kepada Mariam yang mereka tuduh karena punya anak padahal tak pernah menikah.
Belajar dari nabi Ayub
Untuk urusan prasangka baik kita mestinya belajar dari nabi Allah Ayyub alaihisalam. Beliau tidak pernah berprasangka buruk kepada Allah. Beliau selalu menganggap segala sesuatu  sebagai ujian dari Allah. Semua ujian dari Allah itu baik di mata Ayyub.
Padahal hancurnya harta, berantakannya keluarga Ayyub dan tidak sehatnya nabi Ayyub selama 18 tahun adalah proyek Iblis.
Kok begitu? Iya. Iblis memohon kepada Allah agar diberi kesempatan menguji iman nabi Ayyub. Wahai Allah kata Iblis ijinkan kami menguji iman nabi Ayyub. Allah berfirman *Lakukan apa yang akan kalian lakukan kepada hambaKu Ayyub*. Maka fase pertama Iblis berhasil menghancurkan harta nabi Ayyub. Nabi Ayyub tak bergeming tetap tak menyalahkan iblis dan semua yang terjadi adalah ujian dari Allah.
Fase kedua Iblis menghancurkan keluarga Ayyub. Ada yang dibunuh ada yang dipisahkan dari nabi Ayyub. Tetap saja Ayyub berbaik sangka kepada Allah dan tidak menyalahkan Iblis. Di mata Ayyub semua baik karena semua terjadi atas izin Allah.
Fase ketiga, Ayyub dibuat sakit oleh pasukan Iblis. Nabi Ayyub sakit selama 18 tahun. Tetap saja nabi Ayyub mentaati Allah dan tak menyalahkan Iblis. Atas dasar kesabaran nabi Ayyub itu Iblis menyerah. Dan Allah mengajari nabi Ayyub zikir merangkap doa *Anni masanni yadhdhurru waanta arhamurrahimin*. Ya Allah saya ini sesungguhnya sakit yang berat sesungguhnya Engkau Maha Penyayang diantara Yang Penyayang. Allah sembuhkan Ayyub, Allah kembalikan hartanya, keluarganya dan Allah lipat gandakan kesehatannya.
Kejadian terbaru
Seorang ustadz keluarga yang biasa diundang untuk semua acara. Pagi petang, malam, siang. Pokoknya ustadz itu jadi ustadz keluarga fulan bin fulan itu. Tetapi suatu malam keluarga itu kehilangan amplop berisi uang di meja makan dan mereka meyakini amplop yang berisi uang yang relatif banyak itu diambil oleh ustadz kepercayaan itu.
Sejak itu keluarga fulan itu tak lagi mengundang ustadz yang baik itu. Mereka meyakini bahwa uang dalam amplop itu dicuri oleh ustadz. Tapi mereka tak juga menanyakan kepada ybs.