Hampir semua guru kami menuliskan bahan pelajaran di papan tulis. Papan tulis berwarna hitam. Kapur digunakan untuk menulis. Kala itu kami belajar tauhid, sejarah nabi, akhlaq, menulis, berhitung, ilmu alam, ilmu hayat, kesenian dan olah raga.
Semua guru kami mengajarkan dan mengenalkan Allah beserta sifat 20, sifat mustahil dsb. Allah kuasa, Allah itu Wujud, Wahdaniyah, Qidam, baqa, Muridan, Mutakaliman  ilmu, hayat, qiyamuhu binafsih, sama', bashar, dll.
Allah juga dikenalkan oleh para guru punya nama-nama yang baik atau asmaul husna. Allah, rahman, rahim, somad, hayyu, qayum, zahir, bathin, awalu, akhiru, bathinu, qowiyu dll.
Para guru kami di MIM itu mengenalkan kepada kami bahwa Allah menyenangi orang yang punya akhlaq mulia. Sedangkan nabi Muhammad yang diutuw aallah mempunyai akhlaq yang besar. Cerita guru itu membekas di hati kami.
Akhlaq itu adalah cara bersikap dan bertingkah laku kepada Allah, tuhan kita, lalu bagaimana bersikap dan bertingkah laku kepada sesama manusia dan bagaimana bersikap dan bertingkah laku kepada alam sekitar atau lingkungan.
Dari MIM penulis terbiasa solat 5 waktu berjemaah. Kami solat 5 waktu di Masjid Muhammadiyah yang letaknya hanya berjarak 100 meter dari kelas kami di MIM Tanjung Baru.
Waktu memulai kelas kami dibiasakan membaca alfatiha dan di akhir kelas mwmbaca walasri. Ketika kelas tetangga sudah membaca walasri teringin rasanya pulang juga. Tetapi tidak jarang kami pulang belakangan.
Indahnya belajar di kampung .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H