Mohon tunggu...
Supli rahim
Supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memindahkan Keluarga Ayah ke Kota, Ada Kaitannya dengan Hebatnya Beras

31 Januari 2022   07:15 Diperbarui: 31 Januari 2022   08:04 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayah saya memang punya kebun kopi tetapi tanaman kopi hanya bertahan 5 tahun lebih sedikit sesudah panen "agung". Sesudah itu produksi akan menurun. Saya kasihan dengan ayah jika harus bertahan di desa dengan pertanian pola "mono cropping". Saya bahkan ingin mengajak ayah untuk menjadi petani nodern di kota.

Keragaman pangan

Sejak 50 tahun yang lalu, pemerintah RI ada berbuat kesalahan yang terus berlanjut sampai sekarang yakni menjadikan beras atau nasi sebagai makanan pokok nasional. Akibat dari kebijakan ini banyak daerah yang menghasilkan sekaligus mengkonsumsi non beras berubah menjadi pengkonsumsi beras. Misalnya Papua dan Maluku yang awalnya memakan sagu sebagai makanan pokok beralih kepada beras. Madura dan sebagian jawa yang mengkonsumsi ubi kayu sebagai makanan pokok berubah  menjadi pemakan beras atau nasi. Demikian jiga ada masyarakat penghasil dan pengkonsumsi jagung menjadi pemakan beras alias nasi.

Segera setelah keluarga ayah tiba di kota, saya mengusahakan untuk membeli lahan yang bisa diusahakan tempat ayah membangun pertanian intensif non-padi. Untuk tanaman tahunan saya belikan rambutan dan jeruk. Ayah, saya ajari menerapkan pertanian intensif dengan mengabungkan sistem pengolahan tanah, pengapuran, pemupukan, penggunaan varietas unggul, irigasi, pemberantasan hama dab penyakit serta pemasaran.

Cukup untuk konsumsi sendiri plus 

Selama saya mengikuti pendidikan di luar negeri keluarga ayah diberi kesempatan untuk membangun keluarganya untuk menjadi keluarga yang semakin sejahtera yakni cukup pangan, cukup pendidikan, cukup ibadah kepada Allah dsb. Alhamdulillah adik-adik sekolah sampai ke jenjang S1 sebanyak 3 orang dan jenjang SMA 1 orang. Ayah dan ibu sempat satu kali melaksanakan umroh ramadhan. Penulis sempat juga mengajak ibu, anak-anak, mantu dan cucu menunaikan umroh bersama. 

Demikianlah tulisan ini telah mencoba mengungkapkan alasan memindahkan leluarga ayah ke kota karena ingin menghindarkan sisi negatif dari bertanam "mono cropping" padi yang bisa memarjinalkan penanamnya. Karena rente dari bertanam padi makin lama makin rendah jika tidak ada penambahan nilai tambah melalu industri pengolahan hasil pasca panen.

Jayalah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun