Ayah saya memang punya kebun kopi tetapi tanaman kopi hanya bertahan 5 tahun lebih sedikit sesudah panen "agung". Sesudah itu produksi akan menurun. Saya kasihan dengan ayah jika harus bertahan di desa dengan pertanian pola "mono cropping". Saya bahkan ingin mengajak ayah untuk menjadi petani nodern di kota.
Keragaman pangan
Sejak 50 tahun yang lalu, pemerintah RI ada berbuat kesalahan yang terus berlanjut sampai sekarang yakni menjadikan beras atau nasi sebagai makanan pokok nasional. Akibat dari kebijakan ini banyak daerah yang menghasilkan sekaligus mengkonsumsi non beras berubah menjadi pengkonsumsi beras. Misalnya Papua dan Maluku yang awalnya memakan sagu sebagai makanan pokok beralih kepada beras. Madura dan sebagian jawa yang mengkonsumsi ubi kayu sebagai makanan pokok berubah  menjadi pemakan beras atau nasi. Demikian jiga ada masyarakat penghasil dan pengkonsumsi jagung menjadi pemakan beras alias nasi.
Segera setelah keluarga ayah tiba di kota, saya mengusahakan untuk membeli lahan yang bisa diusahakan tempat ayah membangun pertanian intensif non-padi. Untuk tanaman tahunan saya belikan rambutan dan jeruk. Ayah, saya ajari menerapkan pertanian intensif dengan mengabungkan sistem pengolahan tanah, pengapuran, pemupukan, penggunaan varietas unggul, irigasi, pemberantasan hama dab penyakit serta pemasaran.
Cukup untuk konsumsi sendiri plusÂ
Selama saya mengikuti pendidikan di luar negeri keluarga ayah diberi kesempatan untuk membangun keluarganya untuk menjadi keluarga yang semakin sejahtera yakni cukup pangan, cukup pendidikan, cukup ibadah kepada Allah dsb. Alhamdulillah adik-adik sekolah sampai ke jenjang S1 sebanyak 3 orang dan jenjang SMA 1 orang. Ayah dan ibu sempat satu kali melaksanakan umroh ramadhan. Penulis sempat juga mengajak ibu, anak-anak, mantu dan cucu menunaikan umroh bersama.Â
Demikianlah tulisan ini telah mencoba mengungkapkan alasan memindahkan leluarga ayah ke kota karena ingin menghindarkan sisi negatif dari bertanam "mono cropping" padi yang bisa memarjinalkan penanamnya. Karena rente dari bertanam padi makin lama makin rendah jika tidak ada penambahan nilai tambah melalu industri pengolahan hasil pasca panen.
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H