Gaji diserahkan pada ibu
Penulis alhamdulillah merasa bahwa jiwa dan raganya adalah produk kasih sayang ayah dan ibu. Jadi tidak ada sedikitpun miliknya. Benar saja dari ujung rambut sampai ujung kaki, penulis adalah hak ibu dan ayahku. Dihamilkan, dilahirkan, disusui, dibesarkan dan disekolahkan oleh ibu dan ayahku. Karena itu wahai ibu peganglah gaji beta ini. Itu yang penulis katakan pada ibu saat itu. Ibu memang bendara hebat dari keluarga ayahku.Â
 Adik-adik semua sekolah kecuali ada adik yang sempat kuliah 3 bulan di Fakultas Ekonomi Universitas Swasta kala itu. Dia memutuskan untuk menikah dengan anggota Brimobda. Penulis tidak berkeberatan. Ayah dan ibu juga mengizinkan.Â
Bekerja di perusahaan asing
Penulis merasa bersyukur kepada Allah karena diberi amanah untuk bekerja menjadi konterpart orang Inggeris di perusahaan asing. Dari pekerjaan itu penulis tidak hanya memperoleh gaji tetapi memperoleh "link" untuk sekolah fi Inggeris. Seorang leader di perusahaan itu adalah Dr Peter Seal, sedangkan konterpart saya David Billing dekat dengan kampus University of Cranfield. Ketika pulang libur saya yang menggantikan pekerjaan David. Beliau senang sekali karena saya "tidak pelit" padanya. Â Pulang dari Inggeris David sudah membawa "Letter of Acceptance" untuk saya kuliah Master degree di Inggeris.
Dari gaji itu ayah ibuku bisa menyiapkan melakukan pesta untuk menikahkan adik perempuan penulis. Pesta harus dilakukan di rumah sepupu ayah karena rumah kami kala itu banjir. Tentu saja ada sejumlah permitaan dari keluarga sepupu ayah antara lain minta agar rumah mereka dicat dan memasang tenda dsb. Alhamdulillah kami tidak berkeberatan karena kita memang menumpang.
Pada acara akad nikah pagi hingga siang hari banyak undangan yang hadir. Sore hari sepulang dari kantor banyak pegawai kantor dari perusahaan tempat penulis bekerja hadir pada acara resepsi di sore hari itu. Banyak bule yang menyempatkan diri hadir pada acara tersebut. Alhamdulillah.
Fadhilah jadi pemurah
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji (700× lipat). Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Penulis memperoleh kesempatan untuk memahami fadhilah menjadi pemurah mulai dari pemurah kepada orangtua, kepada saudara, kepada anak, kepada teman, kerabat dan kepada orang miskin dan anak yatim. Yang didepan mata adalah membelikan ayah dan ibu rumah, diganti Allah lebih banyak. Menyekolahkan adik-adik dibalas dengan kemampuan menyekolahkan anak dan istri, mengumrohkan orangtua dan anak mantu dibalas oleh Allah dengan bermacam-macam kenikmatan lain. Alhamdulillah. Pendek kata penulis ingin menutup tulisan ini dengan kata "jangan pelit", itu merugikan. "Menjadi pemurah" tidak akan pernah rugi. Di dunia baru diberi 1 persen. Sisanya diberikan di alam kubur dan di surganya Allah swt.
Jayalah kita semua