Mohon tunggu...
Supli rahim
Supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenangan Buyung Nurman tentang Manisnya Gula Gondang Baru, Ditusuk Salak Sleman dan selama di Jateng

18 November 2021   09:05 Diperbarui: 18 November 2021   09:25 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BISMILLAH 

Bogor yang tersohor sebagai pusatnya ilmu pertanian dan budaya serta  banyaknya tempat dan benda peninggalan sejarah masa lalu, dirasakan belum cukup, oleh karena itu perlu dilakukan studi tour untuk memperkaya pengetahuan dan memperluas wawasan mahasiswa. 

Penyelenggaraan Diklat APP Bogor mengajak kami ke daerah yang tak kalah pentingnya bagi negeri ini yaitu kota perjuangan, kota pelajar Yogyakarta dan beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Bus patas yang kami tumpangi dari kota hujan Bogor berangkat sore hari lewat jalur selatan, dengan sasaran pertamanya yaitu saudara kembarnya Diklat APP Yogyakarta, dan setelah lebih kurang 11 jam dalam perjalanan tibalah di jalan Kesumanegara Nomor 2 Yogyakarta Kampus Diklat APP Yogyakarta. 

Di kampus Diklat APP Yogyakarta tidak begitu lama karena sampainya sudah menjelang subuh,  istirahat sejenak, mandi, lalu sarapan dan ramah tamah secara informal dengan civitas akademika  Diklat APP Yogyakarta. Pagi itu sungguh sangat mengesankan bagi Penulis dan sebagian teman-teman karena untuk pertama barangkali merasakan nikmatnya sarapan nasi putih lauknya Gudek Yogya yang tersohor itu di tambah minumnya teh manis lagi. 

Dari kampus Diklat APP  Yogyakarta kami langsung melanjutkan perjalanan ke Klaten Jawa Tengah yang jaraknya lebih kurang 25 kilometer dari Kota Yogyakarta untuk melihat Pabrik Gula Gondang Baru dan Museum Gula Jawa Tengah. Pabrik Gula Gondang Baru sudah ada sejak zaman tanam paksa (culturstelsel) penjajahan Belanda yaitu tahun 1860, sedangkan Museum Gula Jawa Tengah di bangun untuk mengenang manisnya rasa gula Gondang Baru Jawa Tengah (Indonesia) karena pernah menjadi produsen gula terbesar di dunia, juga sebagai pusat sejarah perindustrian gula, yang di bangun tahun 1982 atas prakarsa Gubernur Kepala Daerah Jawa Tengah di masa itu Supardjo Rustam yang di dukung penuh oleh Direktur Utama PTPN XV-XVI  Warjatmo. 

Puas mengagumi Museum Gula yang syarat dengan sejarah perjuangan itu kami kembali menuju Kabupaten Sleman Yogyakarta, disini obyek yang dilihat adalah perkebunan Salak yang luas sekali, sejauh mata memandang merupakan hutan tanaman Salak. Jenis Salak yang diusahakan masyarakat tani di Desa Pondo kecamatan Tempel itu sebenarnya Varietas unggul lokal saja, tapi karena areal penanamnya terpusat di Pondo maka orang menamakannya Salak Pondo yang terkenal itu. 

Di Pondo Penulis kena durinya, kok bisa.. , bisa karena masuk ke areal kebun Salak, pengunjung tidak dikenai bea masuk, dan setelah di dalam ada aturan mainnya, dimana pengunjung boleh mencicip, yang diharapkan oleh si empunya kebun, sesudah nya pengunjung membeli untuk di bawah pulang, tetapi Penulis lalai, dari satu tumpukan Salak satu ketumpukan yang lain Penulis masih nyicipin terus, rupanya, tidak tertuga para penjual itu ada yang di tugasi sebagai " Pengamat, " lalu nyeletuk " Bapak itu nyicip terus, nggak belanja, " katanya. 

Refleks, Penulis pergi dari tempat itu, dan untung saja nggak banyak yang nengok. Enaknya menikmati Salak Pondo dan tak terasa capek mengelilingi areal kebun yang luas itu, lalu sebelum pulang kami mampir di sebuah objek wisata yang letaknya lebih kurang 7,5 kilometer dari Kota Yogyakarta,  dan disini kami santai dan menyaksikan betapa negeri ini sejak dari nenek moyang nya dahulu kala sudah mempunyai peradapan yang tinggi, lalu karena sudah sore kami pulang ke penginapan.

 Penginapan kami lokasinya sangat strategis, di bilangan jalan Malioboro,  karena dekat langsung saja sore dan malam hari santai menikmati  Malioboro yang nyaman, bersahabat dan banyaknya  kuliner asli Yogya di pasarkan di tempat itu dengan harga yang relatif murah, serta warga kota berseliweran yang menjadikan jalan Malioboro tak pernah sepi, juga seolah-olah tak pernah tidur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun