Mohon tunggu...
Supli rahim
Supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mari Koreksi Bersama "Mind Set" Kita tentang Pensiun

4 November 2021   05:49 Diperbarui: 4 November 2021   07:16 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Bulan ini adalah bulan maulid. Bulan kelahiram nabi Muhammad. Manusia yang agung sebagai contoh terbaik. Contoh dalam menjalani hidup dan menyiapkan mati. Contoh itu ada dalam alquran dan sunnah nabi Muhammad saw. Tulisan ini mengupas tentang kesalahan tentang "mind set" kita tentang pensiun.

Mempersiapkan pensiun

Banyak orang menyiapkan diri untuk pensiun. Pada saat itu dia tidak akan bekerja apa-apa lagi, dia tidak akan banyak pergi ke sana kemari, tidak akan mencari uang lagi dsb. Pada hal tidak ada contohnya dari nabi. Pada hal tidak ada dalam alquran. Lalu dari mana konsep atau mindset seperti itu?

Di dalam surat al-insyiriah Allah berfirman "Apabila kau sudah mengerjakan suatu urusan maka bersiaplah untuk mengerjakan urusan lain, Dan hanya kepada rabbmu, kau  berharap keberhasilannya. Jadi di sini sangat jelas bahwa kita tidak boleh berdiam diri, bermalas diri.dan pensiun.  Karena islam tidak mengenal kata pensiun.

Bagaimana contoh dari nabi?

Nabi bersikap apapun itu adalah wahyu dari Allah swt.  Mari kita cek bagaimana rasulullah pada usia pensiun.

Di usia dewasa Rasulullah tidak sibuk dengan Shalat dan Membaca Al Quran saja. Mulai usia 50-an tahun justru beliau makin aktif membina hubungan dengan sesama manusia. Beliau membangun masyarakat Madani (Civil Society) di Madinah. Beliau tidak hanya membangun hubungan dengan Allah, tapi juga hubungan dengan manusia. Beliau makin bermasyarakat, makin terlibat dalam Kehidupan Sosial. Artinya, memasuki usia pensiun bukan alasan bagi kita untuk melepaskan diri dari kehidupan sosial dan hanya sibuk dengan diri sendiri. Hingga akhir hayat, Rasulullah tidak pernah diam dan tidak juga ingin beristirahat. Beliau juga tidak meninggal dalam keadaan kaya, tidak juga dalam keadaan pensiun karena beliau tetap memimpin umat islam kala itu.

Pensiun itu jika sudah wafat

Kematian adalah keniscayaan. Tapi kita tidak diberitahu di mana, bilamana dan dalam.kondisi apa. Yang harus kita persiapkan adalah persiapan apakah yang harus kita lakukan agar kematian itu husnul khotimah. 

Maka menyiapkan kematian tidak perlu secara khusus dengan cara beribadah ritual dari pagi sampai siang sampai malam di masjid saja, zikit saja. Hanya zikir saja, shalat saja hanya baca quran saja. Mengisi kehidupan di manapun dan kondisi apapun konsepnya sama yakni pertama membantu orang lain dengan harta dan diri dalam upaya mengelola bumi agar terhindar dari kerusakan. 

Kedua, kita dalam hidup ini hendaknya jangan sampai menjadi hamba selain Allah. Maka walau kita mengisi waktu untuk menolong orang lain, untuk menyelamatkan bumi tetaplah dilakukan karena Allah, untuk Allah, kepada Allah dan dalam rangka menggapai ridho Allah.

Ketiga, dalam hidup ini ada kewajiban yang selalu melekat adalah mengajak orang lain kepada Allah. Banyak orang perlu nasehat, perlu arahan, perlu pendampingan agar mereka tidak salah dalam melangkah, tidak salah dalam berkata-kata dan tidak salah dalam menyembah pencipta kita. Mengajak kepada ketaatan kepada Allah, mengajak memurnikan aqidah berupa mentauhidkan Allah merupakan pekerjaan yang terus menerus, terpadu, bersifat preventif dan proaktif. Tentu saja itu semua sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.

Melakukan kebaikan dalam hidup ini merupakan hal yang bersifat wajib 'ain dan wajib kifayah. Dengan demikian tulisan ini sudah meluruskan salah kaprah dalam "mindset" kita tentang pensiun. Teruslah berjuang menegakkan kebenaran termasuk menegakkan agama Allah lagi dan lagi sampai kita tiada lagi.

Jayalah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun