Bismillah,
Tidak ada momen yang paling mengharukan bagi nabi Muhammad saw dan istrinya Siti Khadijah kecuali saat suatu hari nabi pulang dari dakwah. Saat pulang itu nabi dalam keadaan kecapekan yanh luar biasa. Dia menemui istrinya tengah menyusui anaknya Fatimah. Kala itu Fatimah masih kecil.Â
Yang nabi saksikan adalah kenyataan bahwa air susu ibu dari istrinya  tidak ada lagi karena itu yang keluar adalah darah. Darahlah yang masuk ke dalam murut anaknya Fatimah. Tulisan ini mengupas seputar kehebatan Siti Khadijah sebagai pendamping rasulullah dalam keadaan senang dan susah.
Masa sebelum turun wahyu
Masa sebelum nabi memperoleh wahyu kondisi kehidupan keluarga nabi ada dalam keadaan berkecukupan. Harta Khadijah masih melimpah dan pada saat yang sama nabi masih sering ikut perdagangan bersama pamannya Abu Thalib ke negeri Syam atau Palestina Sekarang.
Namun sejak nabi diangkat jadi rasul dengan ditandai banyaknya kegiatan dakwah baik secara sembunyi-sembunyi hingga secara terang-terangan keadaan berubah. Harta mereka baik milik Siti Kahdijah maupun harta yang diperoleh setelah menikah mengalir deras untuk dakwah islam.Â
Siti Khadijah yang mulia karena berasal dari keluarga bangsawan sejak diangkatnya nabi Muhammad sebagai rasulullah menjadi bulan-bulanan hinaan kaum kafir qurays. Hadijah yang kaya raya itu jadi orang miskin.Â
Pada saat nabi tertidur sepulangnya dari dakwah nabi terbangun karena mendengar suara tangisan istrinya Siti Khadijah.
Nabi Muhammad saw membisikkan kata-kata yang menyayat hati.
"Wahai istriku, mengapa kau menangis. Apa kau menyesal bersuamikan aku yang kini jatuh miskin. Apa kau menyesal wahai istriku karena engkau kini menjadi bulan-bulanan kaum qurays?. Apakah menyesalkan hal lainnya