Mohon tunggu...
Supetra Rahadiyono
Supetra Rahadiyono Mohon Tunggu... -

Supetra Rahadiyono adalah sosok yang sederhana dan rendah hati.\r\n\r\nSeorang pemerhati masalah sosial dan politik. Lulus Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan Politik jurusan Komunikasi tahun 1997.\r\n\r\nMengawali karier di PT jasatama Polamedia Kompas Group dari tahun 2000 sebagai marketing support.\r\n\r\nMenekuni jurnalistik sejak menjadi aktifis kampus sampai sekarang.\r\n\r\nSaat ini sedang melakukan kajian serius tentang gaya kepemimpinan Jokowi. Email srahadiyono@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencermati Makna Pemilu Tahun 2014

22 Juli 2014   20:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:34 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_334696" align="aligncenter" width="300" caption="youtube.com"][/caption]

Kita hidup di tengah jaman yang rentan terhadap kemiskinan moralitas. Kepentingan elite golongan, kelompok, kekuasaan, jabatan dan uang ternyata sebagai akar rumput pemicunya. Kondisi ini terlihat jelas mana kala kedua  capres saling mengklaim kemenangan bahkan ada yang ngotot ingin menjadi pemenang dan selalu berusaha untuk mencari-cari celah agar terpilih menjadi pemenang. Janji siap kalah dan siap menang, seakan-akan menceritakan bahwa betapa kesatrianya, tetapi ketika janji ini menyimpang karena ditunggangi oleh penumpang gelap,  lengkaplah sudah kemiskinan moralitas itu.

Rasanya hampir mustahil untuk merubah keadaan menjadi lebih baik. Sebuah partai yang menjadi jembatan utama rakyat, menjadi satu-satunya harapan mewakili rakyat, ternyata malah justru sering disalah gunakan oleh penumpang gelap untuk kepentingan elite golongan. Membentuk dinasti kekayaan pribadi, keluarga dan  membangun jaringan korupsi yang laten. Contoh kasus nyata misalnya terbongkarnya kasus korupsi untuk memenangkan pemilihan bupati dan gubernur, t erbongkarnya kasus korupsi yang memenangkan sengketa tanah, penyalah gunaan wewenang, dan masih banyak lagi,  telah  menambah ramainya kasus korupsi dan kemiskinan moralitas.

Tahun ini tepatnya bulan Juli 2014,  merupakan tahun bangkitnya relawan politik. Banyaknya seni dan manufer berpolitik yang kebablasan, ternyata malah  justru mendewasakan dan menyadarkan masyarakat akan kecurangan dan ketidakberesan para elite berpolitik. Kedewasaan berpolitik masyarakat mulai bangkit dan tingkat partisipasi untuk ambil bagian mengawasi jalannya politik mulai dirasakan dimana-mana . Rakyat tidak ingin dibodohi seperti kasus kemenangkan pemilihan bupati dan gubernur yang ternyata itu hasil rekayasa oleh oknum tertentu. Saat ini dan yang akan datang harus menjadi catatan penting bahwa politik itu sudah menjadi milik rakyat. Inilah demokrasi yang sesungguhnya lahir dari rakyat dan untuk rakyat.

Kehadiran Jokowi alias Joko Widodo dan Prabowo Subianto sebagai calon presiden menjadi fenomena yang luar biasa untuk bangkitnya sebuah revolusi pilitik yang transparan. Kedua capres ini mampu mengubah sebuah kecemasan menjadi sebuah harapan baru. Perbedaan demi perbedaan yang menonjol secara pribadi maupun dari  kedua kubu masing-masing yang terlihat secara transparan melalui media cetak, online dan media sosial, ternyata berdampak sistemik kepada masyarakat. Masyarakat menjadi kritis untuk menilai dengan hati nuraninya.

Siapapun yang akan menjadi presiden terpilih hasil dari KPU,  itulah pilihan yang terbaik dari hati nurani rakyat, rakyat sudah mengawal dan mengawasi melalui sebuah perjalanan yang panjang, bukan jamannya lagi ada interpensi dari kepentingan gologan, tetapi itulah kehendak rakyat. Konsekwensinya siap mundur jika janji- janjai manis itu hanya dibibir saja. Hari demi hari rakyat akan terus mengawasi. Karena suara rakyat benar-benar menjadi primadona dan dipertaruhkan. Menjadi catatan penting untuk bersikap legawa dan jadilah pendamai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun