November tahun lalu saya menyempatkan diri ke kota Solo, setelah dulu mengunjungi Kraton Suakarta belum lengkap rasanya kalau belum ke Mangkunegaran. Tulisan ini sebenarnya sudah saya post di blog saya, cuma lupa nge-post di Kompasiana saja. Saya berangkat dari Jogja sabtu malam, karena saya tak mau melewatkan suasana Car Free Day di Solo. Saya coba rekam suasana kota Solo dalam sketsa. [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Aktifitas Car Free Day"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Yang lansia juga tak mau kalah."]
Yang lansia juga tak mau kalah.
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="196" caption="Yang khas di Jalan Slamet Riyadi : Halte telepon yang sudah tidak ada teleponnya, duduk lesehan di rerumputan, tempat sampah dengan 3 ruang, dan peneduh yang terbuat dari tumbuhan merambat (saya gambar cuma separuh)."]
Yang khas di Jalan Slamet Riyadi : Halte telepon yang sudah tidak ada teleponnya, duduk lesehan di rerumputan, tempat sampah dengan 3 ruang, dan peneduh yang terbuat dari tumbuhan merambat (saya gambar cuma separuh).
[/caption] Sudah cukup siang saatnya saya ke Puro Mangkunegaran, horeeee. Rutenya cukup ikuti jalan Slamet Riyadi perhatikan saja kalo ada papan penunjuk arah "Mangkunegaran" atau "Ngarso Puro", karena Puro Mangkunegaran terletak di sebelah utara pasar Ngarso Puro. [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Pintu masuk bagian depan Puro mangkunegaran, tapi kita masuk lewat gedung sebelah kirinya ya."]
[/caption] Pesan saya, kalo berkunjung ke Kraton manapun pake pakaian yang sopan dan pantas ya, ingat kalian itu cuma inlander :p . Harga tiket masuknya 10 ribu rupiah, belum termasuk tip untuk guide-nya karena disini wajib pake guide. Kalo saat itu saya barengan dengan seorang bapak yang berasal dari Makassar, dan parahnya guidenya mengira saya kerabat bapak tersebut. Jadi selama memandu dia cuma konsen sama si bapak, guide terlihat menyesal begitu mengetahuinya itupun ketika perjalanan sudah selesai. -__-u , iya sih saya memang miskin tapi kalo ngasih situ tip, saya juga bisa. [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Yeeey, saya sampai di Mangkunegaran ada banyak si cupid dan singa disana."]
Yeeey, saya sampai di Mangkunegaran ada banyak si cupid dan singa disana.
[/caption] Di bagian depan ada kolam yang bentuknya seperti daun semanggi, jadi kolam ini bentuknya seperti 5 lingkaran yang digabungkan dan ditengahnya dihiasi pancuran yang berbentuk angsa yang dipegangi oleh anak malaikat. Ini baru awal, karena selanjutnya akan banyak si cupid yg bertebaran di istana. [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Patung 2 malaikat yang memegang lambang Mangkunegaran."]
Patung 2 malaikat yang memegang lambang Mangkunegaran.
[/caption] Oya, kenapa disebut Puro bukan Kraton? Karena mangkunegaran dipimpin pangeran adipati bukan raja, dan saat ini adipati cuma simbol adat dan tidak mempunyai posisi atau pengaruh politik layaknya sultan di Jogjakarta. Untuk wilayah, Puro Mangkunegaran berdaulat di utara jalan Slamet Riyadi sedangkan kasunanan berada di sisi selatan jalan tersebut. Sebelum memasuki pendopo kita akan melihat di bagian atap ada patung 2 malaikat yg memegang lambang Mangkunegaran lengkap dengan hiasan floral yang mengingatkan pada bentuk-bentuk bangunan Yunani. Kemudian  disambut dengan 4 patung singa berwarna emas yang menghadap berbeda arah, itu mengingatkan untuk tetap waspada. Pendopo ini besar sekali loh, bagian keramik itu merupakan keramik buatan Itali yang pemasangannya cukup unik dan sulit, pemasangan mengikuti kata filosofis Jawa "Sedulur Papat Kalimo Pancer" jadi disitu bisa dilihat ada 4 keramik yang seakan berporos pada satu keramik ditengah dan keramik yang lain mengikutinya. Di bagian langit dihiasi dengan corak api beraneka warna yang setiap warnanya memiliki arti, disertai dengan binatang zodiak yang dibuat khas Jawa. Hal menarik yang ada disini adalah tempat lampu yang juga berhiaskan malaikat-malaikat, tapi seiring perkembangan jaman lilin tersebut diganti dengan lampu. Hal unik lain yang ada di pendopo ini adalah tiang sokonya, konon tiang tersebut terbuat dari satu kayu utuh yang dibelah empat. Sedangkan atap bagian teras juga unik, atap dan tiang penyangga teras itu ternyata terbuat dari rel kereta api dan tiang besi yang biasa ada di stasiun kereta api. Ternyata dahulu kala pengeran berkeinginan untuk membangun stasiun kereta tepat di belakang Puro Mangkunegaran, tapi batal karena konstruksi tanahnya cukup labil padahal bahan untuk membangun stasiun sudah lengkap terbeli. Mungkin ada yang merasa janggal ya? Kenapa istana orang jawa tapi banyak sekali simbol-simbol Eropa ataupun kenapa ada patung singa, padahal singa bukan binatang asli pula Jawa. Ini dikarenakan pangeran Mangkunegaran dahulu bersekolah di Amsterdam disamping itu beliau juga gemar travelling sehingga banyak sekali pengaruh Eropa terbawa ke dalam istana.]] [caption id="" align="aligncenter" width="240" caption="Kandelaar atau tempat lilin, tapi sekarang sudah diganti dengan lampu listrik. Ada Cupidnya juga menghiasi."]
Kandelaar atau tempat lilin, tapi sekarang sudah diganti dengan lampu listrik. Ada Cupidnya juga menghiasi.
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="221" caption="Sketsa tiang yang di bagian kiri atas merupakan atap dan tiang yang terbuat dari rel dan besi konstruksi stasiun kereta api."]
Sketsa tiang yang di bagian kiri atas merupakan atap dan tiang yang terbuat dari rel dan besi konstruksi stasiun kereta api.
[/caption] Ok, selanjutnya kita akan memasuki tempat paling sakral yaitu pendopo dalem, disini kita dilarang memotret. Sudah deh kalo kita sudah diwanti-wanti seperti ini tak perlu sok rebel ya, kecuali kalo kamu memang serius pengen tau apa yang bakal terjadi. Eh tunggu dulu, sebelum pintu masuk ternyata dihiasi juga dengan 4 patung, yang di depan itu patung sepasang orang cina sedangkan yang belakang patung dewi-dewi khas eropa. Ada banyak banget koleksi dari pangeran Mangkunegaran di dalam pendopo, koleksinya cukup beragam di bandingkan dengan yang ada di Kraton Jogjakarta maupun Kasunanan Surakarta karena konon Pangeran Mangkunegaran dulu adalah orang gemar travelling. Saya tak bisa cerita banyak, karena memang banyak sekali koleksinya -__-u . Selain memamerkan koleksi yang beraneka ragam di bagian tengah ruangan ada ranjang kosong yang merupakan simbol peristirahatan untuk Dewi Sri atau Dewi kesuburan dalam budaya Jawa, pada hari tertentu dilakukan ritual yang harus dilakukan oleh perempuan yang sudah menapouse. Ok sekarang kita menuju ruangan lain, topinya sudah boleh dipakai lagi karena tadi sebelum masuk harus dilepas dulu. Di ruangan selanjutnya merupakan tempat yang dikhususkan untuk menerima tamu, bangunannya cukup unik karena tidak pake tiang untuk menyangga atap tapi diganti dengan kayu yang melintang dan kayu tersebut tidak melengkung ataupun miring. Dan furniture di ruangann ini klasik banget, khas Eropa. [caption id="" align="aligncenter" width="307" caption="Sketsa 2 patung."]
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="221" caption="Sketsa patung singa dan tempat lilin."]
Sketsa patung singa dan tempat lilin.
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Patung warna emas yang berbentuk sepasang orang cina."]
Patung warna emas yang berbentuk sepasang orang cina.
[/caption]
[caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Ini merupakan gading milik gajah Sumatera, bayangkan saja kalo gadingnya segini gajahnya seberapa?. Kira-kira panjangnya sama dengan panjang lengan saya."]
Ini merupakan gading milik gajah Sumatera, bayangkan saja kalo gadingnya segini gajahnya seberapa?. Kira-kira panjangnya sama dengan panjang lengan saya.
[/caption]
Selesai sudah tur saya jangan lama-lama karena jam 1 siang sudah harus ditutup, Puro Mangkunegaran memang cukup kecil tapi memiliki banyak koleksi. Tapi begitu keluar dari Puro Mangkunegaran ada satu gedung yang cukup penting bagi Mangkunegaran, yaitu gedung Kavalerie - Artelerie. Gedung ini dulu merupakan markas besar bagi prajurit dan lapangan besar di depan Puro dulu digunakan sebagai tempat latihan para prajurit, tapi sekarang sudah tidak digunakan lagi. Bentar ya, saya nyeket dulu.
[caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Sketsa gedung kavalerie - artelerie"]
Sketsa gedung kavalerie - artelerie
[/caption] Selesai nyeket dilanjutkan sholat dhuhur dahulu, tak perlu jauh-jauh karena disebelah barat terdapat masjid Wustho. Masjid tersebut juga merupakan bagian dari komplek Puro Mangkunegaran, bangunannya masih asli dan siang itu asli panas banget :). Sehabis sholat kemudian nyoba untuk nyeket lagi tapi saya urungkan karena kaligrafi di bagian gapuranya sulit ternyata. :) [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Hayo milih nyeket atau tiduran di mesjid? wkwkwkwk"]
Hayo milih nyeket atau tiduran di mesjid? wkwkwkwk
[/caption] Okesip, sekarang saya nunggu mataharinya nyantai setelah itu pulang ke Jogja.Terimakasih sudah membaca, dan kalo ada salah data tolong dikasih tau ya. Selamat merayakan akhir pekan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya