Mohon tunggu...
Supriadi S.Pd
Supriadi S.Pd Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru SMP Negeri 1 Matan Hilir Utara Kab. Ketapang Kalimantan Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenyataan yang Terbalik

13 Maret 2017   22:37 Diperbarui: 14 Maret 2017   08:00 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tulisan saya sebelumnya yang saya kasi judul “Perjuangan Mengenal dan Memperkenalkan IGI” menjelaskan bahwa awal saya masuk IGI dari sebuah pelatihan secara online yaitu SAGUSANOV sekitat pertengahan tahun 2016. Ketertarikan terhadap IGI berlanjut pada bulan Desember 2016 ketika ada kegiatan TOC Dili Provinsi Kalimantan Barat yaitu Pontianak. Saya beserta 1 orang teman pergi bersama dengan mengeluarkan biaya sendiri demi untuk mendapatkan ilmu yang mungkin selama ini tidak kami dapatkan. Disinilah sebenarnya Mengapa Saya sangat tertarik bergabung bersama IGI karena saya berharap akan banyak belajar dari orang-orang hebat di IGI. Ilmu yang saya dapatkan di IGI akan saya terapkan dalam proses belajar mengajar di kelas saya sendiri dan harapan saya supaya siswa-siswa akan sangat senang karena model pembelajaran yang saya tampilkan selalu berubah-ubah. Itu adalah pandangan atau cita cita ke depan saya. Ternyata apa yang terjadi? Cita-cita saya malah berbanding terbalik dengan kenyataan. Niat awalnya hanya untuk mendapatkan ilmu dengan belajar banyak di IGI, tapi sekarang saya harus menyampaikan ilmu yang saya dapatkan buat guru-guru lain. Sebuah kenyataan yang tidak terbayangkan dalam benakku selama ini.
Menjadi pemateri, menjadi ketua IGI Daerah dan sekarang harus di sibukkan dengan mengundang teman-teman guru untuk belajar dalam sebuah kegiatan nasional benar-benar sebuah kenyataan yang harus saya hadapi sekarang. Bahkan sekarang program rutin setiap hari Rabu saya bersama rekan harus membimbing guru-guru untuk belajar komputer. Mungkin tidak bisa dipungkiri bahwa, masih banyak guru-guru kita yang perlu mendapatkan bimbingan terutama mengenalkan mereka terhadap teknologi. Kini kita hidup dijaman teknologi mau tidak mau kita sebagai seorang guru harus bisa menyesuaikan diri. Program belajar bersama setiap hari Rabu sudah dilaksanakan sekitar 5 kali pertemuan. Disini kita belajar bersama benar-benar berangkat dari nol. Belajar dari program paling sederhana yaitu Microsoft Word. Di sini Saya melihat betapa besar antusias para guru untuk belajar. Mereka terutama para guru wanita rela membawa makanan sendiri kemudian dimakan bersama-sama. Bahkan suatu ketika pada hari Rabu tanggal 15 Februari 2017 adalah ditetapkannya hari libur nasional karena adanya pemilihan gubernur dan kepala daerah serentak seluruh Indonesia, mereka (para guru) minta diganti kan waktu belajar itu dihari yang lain. Di sini terlihat bahwa semangat belajar para guru kita sebenarnya tinggi, yang menjadi persoalan adalah Apakah kita siap membimbing mereka dengan penuh keikhlasan? Waktu,tenaga, fikiran disini memang harus siap Kita korbankan demi untuk kemajuan bersama.
Benar-benar sebuah kenyataan yang berbanding terbalik, awalnya hanya berniat untuk mencari ilmu melalui IGI, ternyata harus membagikan ilmu terhadap sesama guru.

Supriadi
Guru SMP N 1 MHU

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun