Saya membiarkan ia tergolek diatas kasur sembari membaca sesuatu yang sama sekali ia tak mengerti. Lalu pertanyaan-pertanyaan mulai di lemparkan padau. Dia menunjukkan kata yang ia tak mengerti, seperti kata "tandas", " aib", dan banyak kata-kata yang ia tak pahami maksudnya. Kemudian saya akan menjelaskannya dengan menggunakan bahasa daerah.
Setelah puas membaca. Lalu kembali tergolek dikasur sambil menatap langit-langit kamarku. Pemandangan yang jarang saya temui. Di luar sana, ia mungkin ceria dan selalu tertawa terbahak-bahak setiap kali dijahili. Namun ketika berada di kamarku, ia terlihat letih dan murung dengan tatapan nanar. Kosong dan kelabu.
Barangkali hanya di dalam ruangan atau kamarku ia bisa berpikir dengan tenang tanpa ada tangan-tangan dan mulut-mulut jahil yang merundungnya. Â Kulihat wajah kawan kecilku ini dengan hati ngilu dan tatapan tajam. Mungkin ada banyak kepahitan yang tertutupi.
Hari-hari ketika kekalutan pikiran mulai menemukan apa yang harus di pikirkan. Saya sadar bahwa sekarang dunia yang bisa memahaminya hanyalah saya. Ia tanpa sungkan berteriak, memanggilku dengan suara yang amat memekakan telinga. Ya, barangkali, hanya saya yang bisa membuat semesta yang damai, bebas tanpa olok-olok untuknya.
Ia hanya secuil permasalahan sosial yang ada disekitar kita. Namun, sekali lagi kita abai terhadap hal-hal kecil itu. Ia hanya butuh dimengerti dengan keadaanya yang serba kekurangan. Tidak bisa mendengar dengan jelas, tidak bisa berbicara dengan normal seperti orang pada umumnya. Namun, justru kekurangan itu menjadi bahan olok-olok yang seringkali kita layangkan padanya. Betapa banyak kesalahan sosial yang kita tumpuk demi sebuah tawa diatas perundungan yang kita anggap sepele.
Sehabis membuatkannya kopi Vietnam Drip. Ia begitu bahagia mencoba minum kopi dengan alat yang tak pernah di lihat sebelumnya. Pagi itu, kami menghabiskan waktu dengan berbicang panjang walau saya harus menulis tiap kata yang tak sampai ditelinganya. Ia duduk disisi saya dengan kaki selujuran sambil menatap deretan-deretan bukuku yang tersusun rapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H