Mohon tunggu...
Gani Islahudin
Gani Islahudin Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Baca aja dulu, opini belakangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Bawah Pohon Sambil Menatap Laut dengan Obrolan-Obrolan yang Bersahaja

9 Desember 2023   10:29 Diperbarui: 9 Desember 2023   11:20 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di bawah pohon sambil menatap laut (Foto: freepik/ dok: wirestock)

Saat itu matahari sangat cerah, langit biru membentang memayungi, angin pantai seolah-olah tak mau ketinggalan menyambut kami saat tiba. Sedikit berjalan menapaki setiap jengkal area pantai, menyusuri tiap sudut mencari dimana kami hendak menghabiskan waktu untuk mengobrol. Saat kami berjalan beriringan, saya melihat wajahnya tampak merah. Kemudian saya mulai membuka percakapan "Mau duduk di mana?" Sahutku. Dengan senyum dia menjawab "Kita duduk di bawah pohon" jawabnya.

Dia membawa tumbrl berisi air jeruk, saya menatapnya dengan syahdu. Saya tidak tahu persis isi kepalanya saat ia dengan wajah manis menyantap ayam KFC yang telah dibelinya. Apakah hari itu hari yang baik baginya, saya tidak tahu. Tapi yang pasti, kami ingin menghabiskan hari itu dan menjadikan hari yang baik bagi kami berdua.

Dengan tenang, kami duduk menghadap ke laut, sambil melihat para pemancing berusaha mendapatkan ikan, di ujung bebatuan, ada kapal nelayan yang rusak, ada gubuk kecil yang reot, juga dua orang pasangan bule tidur di atas pasir sedang bercengkrama dengan gembira.

Saya masih saja diam, sedikit malu-malu untuk memulai membuka percakapan. Saya menunggunya, sesaat setelah itu suara tukang bangunan di belakang kami begitu bising. Tetapi sama sekali tidak mengganggu kami, lalu dengan lekat saya menatap wajahnya ketika ia membuka novel Haruki Murakami 'Dengarlah Nyanyian Angin', matanya sayu, pipinya ranum, bibirnya merekah dengan senyuman tipis saat saya menatapnya. Dia membuka tasnya berisi begitu banyak barang, dari sana obrolan mulai meluncur tak terbendung.

Di kepala saya, saya membayangkan sedang duduk di Mirador Pablo Neruda bersamanya sambil berbincang dan menulis puisi bersama teh atau kopi. Dari Mirador Pablo Neruda kami menatap Valpariso cost dan laut. Langit yang membentang luas, cerah, dan biru dengan sentuhan warna-warni khas Valpariso yang terang menjadikan hari itu terasa panjang dan bersahaja. Obrolan kecil, puisi cinta yang panjang menghanyutkan saya dan dia.

Hari itu saya melihatnya tampak manis dengan tatapan tajam menghadap laut sambil sesekali menyantap buah mangga yang ia beli di fresh market. Beberapa saat kemudian, bayanganku tentang  Mirador Pablo Neruda buyar, dia melihat ke arah saya, jadilah kami saling tatap dalam waktu yang singkat. Ini lucu, saya baru saja dihadapkan pada momen yang membahagiakan seperti ini, bisik ku dalam hati.

Saat dia melihat bocah bermain air di pantai, kami mulai berbicara tentang masa depan. Dia tampak riang saat permbicaraan itu mengalir. Dia bilang, ia ingin punya dua anak dengan jarak usia yang cukup jauh. Saya mengaimininya, sambil terus mendengar ia mengoceh tentang hal-hal kecil di masa depan.

Dalam banyangannya, saat kami pulang kerja, dia ingin tetap ada obrolan seputar bagaimana hari ini, bagaiman kerjaanmu, walaupun singkat tapi cerita-cerita tentang keseharian seperti itu bisa menjaga komunikasi dengan pasangan tetap sehat dan harmonis, pungkasnya.

Lalu saat akhir pekan, kami duduk di balkon rumah sambil manatap bunga-bunga dan tanaman hidroponik yang kami tanam. Apalagi saat hujan datang, katanya, dia akan membuatkan saya kopi lalu duduk berdua sambil bercengkrama menumpahkan segala keluh kesah, sendu sedan yang beberapa hari menghimpit. Saya mengangguk, sambil menatap wajahnya yang lucu.

Saat obrolan itu mengalir, gerimis datang. Kami mencari tempat berteduh, memacu sepeda motor secepat mungkin menuju pantai Nipah sambil mengobrol dan melihat beberapa pengunjung bermain kayak. Ini tempat yang baik buat kami berteduh. Sesaat setelah kami mencari posisi yang nyaman untuk duduk, kami tetap memilih posisi menghadap ke laut. Kami diam dalam waktu yang cukup lama sambil memandangi gerimis yang membasahi bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun