Mohon tunggu...
Gani Islahudin
Gani Islahudin Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Baca aja dulu, opini belakangan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Begitu Banyak Buku, Begitu Sedikit Waktu

28 Oktober 2023   16:23 Diperbarui: 28 Oktober 2023   17:09 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akurasi.co - "Apa yang harus kulakukan dengan semua bukuku? Baca mereka. Tapi jika tak bisa membacanya, pegang mereka, atau tepatnya timang mereka. Pandangi mereka. Biarkan terbuka. Jadikan temanmu. Jika tak bisa, setidaknya jadikan kenalanmu. Jika mereka tidak bisa memasuki lingkaran kehidupanmu, setidaknya jangan ingkari keberadaan mereka," Churchill (hlm. 105)

_Allison Hoover Bartlett, Gilkey Si Pencuri Buku

Dalam satu bulan saya bisa membeli buku hampir 5-6 buku. Walau kadang ada beberapa buku yang tak sampai habis membacanya; tergantung jenis buku tersebut. Jika novel saya bisa menyelesaikan 3-4 hari, dan jika buku-buku teori filsafat saya bisa menyelesaikan 1 minggu atau lebih. Itupun ada bab-bab yang tidak saya pahami.

Kegemaran membaca dan mengoleksi buku ini nampaknya sudah menyatu dalam diri saya. Saat berada di toko buku rasanya ingin membeli semua buku yang saya minati.

Begitulah yang sering saya rasakan setiap ada di toko buku. Godaan begitu menghantam untuk terus merogoh duit dari dompetku hingga aku tak sadar bahwa sebagian besar pengeluaranku hanya untuk buku. Niat awal hanya ingin membeli satu buku, namun setelah pulang saya bisa membawa 2-3 buku.

Kebiasaan inilah yang tak bisa saya bendung, saya seperti terhipnotis jika berada dalam toko buku, saya lupa diri dan berjam-jam berada didalam toko. Berpindah-pindah dari rak buku lainya; dari filsafat, ke sastra, dari sastra ke ekonomi begitu seterusnya.

Tentu ini bukanlah kebiasaan yang baik, tapi juga tak bisa saya salahkan karena paling tidak saya mempunyai koleksi buku yang bisa saya wariskan pada anak-cucuku kelak.

Mengoleksi buku sungguh perbuatan yang sangat baik dan tentu harus dibarengai dengan membacanya. Tetapi akhir-akhir ini waktu membacaku kian menipis, apalagi setelah saya harus berkutat dengan tugas-tugas kuliah dan tugas akhir (tesis) yang harus saya selesaikan sebagai bentuk pertanggungjawaban pada orang tuaku.

Tugas akhir membuat kegiatan membacaku semakin berkurang, bukannya hanya itu saja tetapi berbagai kegiatan diluar kampus juga ikut menguras waktuku membaca dan akhirnya buku- buku yang telah lama saya beli belum terbaca sama sekali.

Semakin saya sibuk diluar sana semakin banyak pula buku bacaan yang numpuk dan belum terbaca dalam kamarku, tentu itu membuat tambah runyam; sebab masih banyak buku yang berkualitas dalam list bacaanku belum saya baca.

Bagaimana saya bisa mengatur semua ini disaat hasrat membacaku sangat besar namun kegiatan diluar sana menuntutku untuk tetap ada. Saya semakin dibuat bingung dengan semua ini.

Saya bahkan baru dihadapkan dengan masalah seperti ini, sungguh membuat saya dilema. Saya bahkan tak pernah membayangkan hal seperti ini akan menghampiriku.

Tentu sangat jauh rasanya saat saya baru mulai mengenal buku; ketika satu buku selesai saya langsung bergegas ke toko buku untuk membeli buku lainya. Kegiatan seperti itu terus menerus saya lakukan dan tak ada hambatan waktu yang mengahalangiku, karena saya tahu ada kejahatan yang lebih buruk daripada membakar buku, yaitu tidak membacanya.

Saya semakin sadar, bahwa dunia dewasa sudah ada didepanku, saya tidak harus selalu memikirkan buku-buku yang saya gemari. Pikiran-pikiran lain berjubel memenuhi kepalaku, bising dan tentu membuat kepalaku semakin pening.

Ya semakin banyak buku semakin sedikit waktu membacaku, dan saya sadar bahwa saya harus mulai mengatur jadwal kegiatanku. Semakin dewasa semakin saya dipaksa memikirkan banyak hal dan tentu itu menguras konsentrasiku.

Kini bukuku semakin menumpuk, waktuku semakin berkurang, kegiatanku semakin banyak, pikiranku semakin ruwet, dan tentu hidupku semakin terasah dengan begitu banyak masalah yang mengahantamku.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun