Mohon tunggu...
Firmanto Imansyah
Firmanto Imansyah Mohon Tunggu... -

Karyawan sebuah Perusahaan yang pengen melihat dunia luas dengan tulisan - tulisan Orang lain, tak hanya sekedar mendengar dan percaya apa kata bossss.....setiap hari....hehehehheehhe

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tidak Enak Menjadi Presiden

30 Juni 2011   12:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:02 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa hari kemaren saya membaca sejumlah berita lengkap dengan komentar-komentar para pembaca di kompas.com. Koran digital yang memungkinkan setiap pembaca yang berakun untuk mengomentri setiap isi berita, sebuah perbedaan paling mencolok yang tidak bisa dilakukan orang-orang zaman dulu, dulu setelah membaca topik yang menarik paling-paling orang-orang ngumpul di perempatan-perempatan nongkrong bareng tukang becak atau tukang cukur rambut yang lagi sepi membahas seputar berita yang baru saja rampung dibaca.

Selain pendengar komentarnya terbatas, biasanya komentar-komentar yang negative tentang instansi pemerintah juga disampaikan dengan bisik-bisik seolah-olah angin bisa mengabarkan komentar-komentar ini ke telinga yang saat itu berkuasa.

Namun kini semua benar-benar telah berubah bahkan Presiden sekalipun bisa dikomentarin aneh-aneh oleh rakyatnya sendiri, Mulai dari " halah, halaah, tentara koq nangis? ini mah body Rambo, wajah Chuck Norris, hati Rinto..." pada berita bertajuk SBY Menangis, Rakyat Jepang Terharu, Sampai komentar "SBY Mau numpang ngetop ketemu richard gere, padahal gk ada urusan sama sekali dengan negara. dasar.....otaknya udh di dengkul, padahal urusan RI masih banyak, mungkin mau jadi figuran main film. kan jadi penyanyi udh...gk ada kerjaaaaaaan " pada berita yang berjudul Richard Gere Temui SBY di Istana.

Padahal saya nggak tau juga pas Pemilu kemarin si komentator-komentator ini milih siapa?..Hehehe, Memang tidak ada yang melarang berkomentar namun jika kebablasan itu kadang yang kurang tepat. Menghormati orang lain sampai saat ini adalah hal yang harus di kedepankan namun bukan berarti membenarkan kesalahn-kesalahan yang mungkin orang tersebut perbuat. Right or Wrong this is our President, Saya yakin komentar-komentar tidak banyak merubah hal, tunjukkan dengan tindakan adalah solusinya.

Waduh ternyata tidak enak menjadi  Presiden, tapi saya sudah terlanjur menjawab ingin jadi Presiden setiap kali Guru TK saya bertanya tentang cita-cita saya dulu!!, Jika setiap perkataan tentang hal-hal baik dimaknai do'a itu artinya mulai sekarang saya ralat saja cita-cita saya,

Apa ya cita-cita yang cocok Dunia-Akhirat, Sehidup-Semati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun