Mohon tunggu...
Firmanto Imansyah
Firmanto Imansyah Mohon Tunggu... -

Karyawan sebuah Perusahaan yang pengen melihat dunia luas dengan tulisan - tulisan Orang lain, tak hanya sekedar mendengar dan percaya apa kata bossss.....setiap hari....hehehehheehhe

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Filosofi Kopi item, kopi ijo, kopi susu tapi bukan koffi anan...

25 Juni 2011   12:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:11 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kayuh sepeda ku terhenti pada sebuah Kedai Kopi yang dijejali Para Tukang kopi dengan sepeda-sepeda Jengki dan Turonggo ( Sepeda Kumbang nya Oemar bakrie )  nya yang di parkir berserakan sepanjang Kedai Kopi pinggir sawah itu. Sebungkus Sego Bantingan ( Sego Kucing ala Tulungagungan ) dengan Lauk sesendok mie rebus tahu tempe dan gorengan Trasidelle..(Mirip nama makanan itali..heheheh). Mengantarkan segumpal ketenangan dan sukacita untuk mereka yang selalu bersyukur akan nikmat hari ini dan segengam semangat untuk mengais rejeki di hari yang cerah itu.

Canda Tawa mereka mengalir deras dari tiap percakapan yang tak aku tau Ujung Pangkalnya, Dari Masalah politik Dalam dan Luar Negeri Sampe urusan rumah tangga yang diobral murah ibarat tanpa harga. Padahal tak seharusnya Apa yang kita punya dan kita simpan harus Orang lain tau dan pahami, Karena Kita cukuplah Untuk kita dan tak perlu memusingkan yang bukan bagian kita.

Mataku tertuju pada minuman yang selalu mereka  pesan, Secangkir kopi. Mulai dari Kopi Susu, Kopi Ijo, Kopi Item....sampai kopi degan dan saudara-saudaranya yang pasti bukan Koffi Anan heheheh . Setelah Lama Aku amati ternyata ada kandungan filosofi yang dalam dalam secangkir kopi yang kadang kita lupakan karena kita berfikir terlalu komplek tentang hari-hari kita hingga lupa akan pesan dalam setiap kopi pagi yang kita minum.

Bayangkan Semua masalah yang menghampiri kita adalah bubuk kopi hitam hasil gilingan mesin-mesin penggiling yang tua dan berkarat dan mulai ditinggalkan pemiliknya Campurkan beberapa kenangan manis yang pernah menghiasi hari-hari bahagia kita yang ada dalam  3 sendok minum gula putih, Kemudian larutkan dalam Air Mendidih ibarat Ego dan Kemarahan kita  yang belum pernah kita tumpah kan dalam satu cangkir kecil seperti ini, Aduk pelan-pelan bayangkan kita coba melerai akar masalah dengan segala daya dan upaya yang kita milikki Karena Tuhan takkan dengan cuma-cuma menurunkan pertolongannya, apalagi pada orang-orang yang ogah berusaha..terasa lelah mengaduk kemudian perlahan tuangkan ke atas Lepek ( Tatakan gelas kopi dalam bahasa Tulungagungan ) Perlahan-lahan tiupkan hawa dari mulut-mulut bau kita,  Ibarat Do'a-Do'a yang terlantun dari Langgar sebelah Kali Ngrowo dekat Kuburan setiap sore menjelang Maghrib.

Lalu nikmati tiap tiap  sruputan nya...Bayangkan Nikmat Tuhan yang telah diturunkan di muka bumi Lalu dengan penuh sukacita dan Bahagia Kadang - Kadang sampai Kita mengambilnya tanpa  harus memikirkan Orang Lain yang belum tentu bisa menikmatinya, Bukankah memang kewajiban Manusia mensyukuri setiap nikmatnya kendati walau hanya satu sruputan  kopi, karena Kafein yang terkandung dalam 1-2 Cangkir Kopi dapat meningkatkan kecepatan berfikir dan memperlebar pembuluh darah sehingga mendorong aliran sampah-sampah cair maupun padat dari dalam tubuh, sehingga badan terasa lebih segar.

Namunakan sangat berbahaya bila dengan serakah kita menguasai tiap-tiap nkmatnya sebab jika kafein terlalu banyak diserap tubuh maka akan berakibat Insomnia, Cepat Gelisah, oto berkeryt, Diare dan gampang marah bahkan ada yang sampai muntah..

Lalu segelas kopi pun merasuk dan mengalir dalam tubuh kita, Sekumpulan dari Masalah, Kenangan manis, Usaha-Usaha melerai Masalah lalu Do'a-Do'a agar Tuhan Menolong kita yang selalu membutuhkan pertolongan. Dan sekelebat kafein yang mampu meningkatkan Semangat kita menghadapi hari2 yang kadang kelam, Berkabut Bahkan Hujan petir sekalipun.

Matahari semakin meninggi memaksa  mereka melanjutkan perjalanan untuk  mengayuh lagi sepeda-sepeda mereka, setelah Segelas Kopi dan Sebungkus Sego Bantingan. karena setiap hari  terlalu sayang jika hanya dilewatkan dengan terus mengaduk kopi hari ini, tanpa benar-benar memikirkan bagaimana untuk dapat ngopi lagi esok hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun