Mohon tunggu...
Firmanto Imansyah
Firmanto Imansyah Mohon Tunggu... -

Karyawan sebuah Perusahaan yang pengen melihat dunia luas dengan tulisan - tulisan Orang lain, tak hanya sekedar mendengar dan percaya apa kata bossss.....setiap hari....hehehehheehhe

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Anak Muda

16 Juni 2011   21:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:27 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Temanku yang dulu nya seorang pendusta kini menjadi seorang Pengkotbah...Tak Pernah terbayang kan Bagaimana jadinya jika suatu Ketika Penyakitnya Kumat dan Mendustai semua Umat nya...." Mukanya Penuh Kecemasan saat menceritakannya, kendati matanya tak memerah tapi terlihat jelas kecemasannya dari bbirnya yang bergetar dan tak bisa menutup rapat.

Kemudian  Saudara Laki-Laki Temanku Yang sejak muda bergelut dengan buku, dia di gadang-gadang akan menggantikan Pak Habibie pada saat itu ternyata sampai sekarang tetap saja bergelut dengan Buku, Namun Dia setia dengan buku2 Bekas yang dia Kumpulkan Untuk Kemudian Dia jual per kilo dan berakhir di penjual Nasi Pecel Pagi atau di tempat sampah di belahan bumi ini. Impiannya untuk membuat Pesawat Hilang Seketika saat Bencana Alam Mengambil  Semua yang dia puny . Memaksa dia harus mengakiri Sekolah nya dan terus berfikir untuk menyambung hidup, dan Hanya itu yang bisa dia Kerjakan.

Wajahnya Seketika Mengarah Ke Arah ku seolah-olah ingin menunjukkann sesuatu.

Lalu Lihatlah Aku ini Anak Muda, Lihatlah Aku ini..20 tahun membangun Kerajaan Bisnis ku, 10 Kali Pergi Umroh, 5 Kali sudah Naik Haji...namun kini hanya penyesalan yang tersisa dalam diriku, Rasa Malu yang tak bisa terbendung, Kebanggan yang dulu selalu ada kini diganti dengan rasa malu yang tak terperihkan...Setiap kata yang Aku Ucapkan adalah Hinaan bagi diriku, Nafas yang Aku Hela..ibarat racun yang perlahan melumpuhkan ku...Lalu Wangi Aroma Parfum yang biasa nya Aku kenakan kini berganti dengan bau tanah basah karena tangis airmata ku. Aku sekarat Anak Muda...Aku Hampir Lumpuh namun tak lumpuh, Aku Hampir mati namun tak Mati...Siapa yang mengira Aku bakal mengalami semua ini...Bagi ku kehidupan hanya menyisakan keharusan untuk membayar atas semua yang kita pakai, Semua yang kita Pinjam...Karena semua Pasti kembali pada tuhan nya.

Hey  Kau Anak Muda...Siapa sesungguhnya Dirimu??? sudah kah kau meninggalkan sebuah guratan di tengah alam waktu yang terus bergerak, sementara tanah yang kau pijak saat ini, dengan riang gembira menghapus jejak jejak kecil mu seketika seperti melangkah di pinggir pantai,  tanya nya dengan tegas ke arah ku.

Kemudian Dengan sejuta ketakutan yang menyelimuti Aku,  Aku Menjawab " Aku adalah Anak Muda yang Bekerja demi masa Depan".... Jawab ku belum sepenuhnya meluncur dari bibir ku tapi Laki-Laki tadi telah menghilang di antara bayang-bayang pohon di malam hari yang saling melindungi dan tak pernah berjauhan.

Suasana Seketika Berubah Menjadi Gaduh....Berita di TV perlahan-lahan Menyadarkanku, Lalu Tangan Seorang Teman Membangun kan ku...Mbah Fim....Mbah Fim...Koe Kerjo ra???....

Oh Ternyata Aku Bermimpi, Mimpi yang menyisakan Jawaban dari Pertanyaan " Kau Anak Muda...Siapa sesungguhnya Dirimu "

" Aku adalah Anak Muda yang Bekerja demi masa Depan, Yang Aku sendiri Belum Tau Gambaran Masa Depanku......"

"Diinspirasi oleh Novel seseorang yang Aku lupa menghafal Namanya, beberapa tahun yang lalu"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun