Mohon tunggu...
Firmanto Imansyah
Firmanto Imansyah Mohon Tunggu... -

Karyawan sebuah Perusahaan yang pengen melihat dunia luas dengan tulisan - tulisan Orang lain, tak hanya sekedar mendengar dan percaya apa kata bossss.....setiap hari....hehehehheehhe

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terapi sedot otak

15 Juni 2011   20:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:28 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sore itu hujan mengguyur beberapa saat setelah aku keluar dari kantor, bingung mencari tempat berteduh sampai akhirnya aku temukan sebuah coffe shop untuk berteduh , Suasana nya yang hangat pelayan-pelayan nya yang tetap tersenyum meskipun tak begitu cantik , setidaknya menenangkan ku setelah hari ini hampir semua orang pasang tampak jutek mereka mulai dari tukang Parkir, security kantor hingga sekretaris si boss yang ikut-ikutan jutek, mungkin hari ini hari jutek sedunia kali...

Hangat nya suasana  menjalar juga ke tubuh ku, Aroma hangat kopi dan roti bakar agak  gosong menjejali saraf penciuman . Beranda coffe shop samping kanan dgn jendela besar menghadap ke sebuah toko buku sambil menikmati aliran hujan melewati kaca, aku pilih tempat itu sebagai lovely spot sambil menunggu pesanan kopi kental dan roti coklat  bakarku datang.

Aku mulai mengamati ragam jenis pembicaraan orang-orang  yamg memenuhi kedai kopi itu, Aku tertarik pada obrolan ibu-ibu muda di samping meja, mereka dgn semangat membicarakan tentang Program Sedot Lemak yamg belum lama ini mereka jalani, beberapa bagian tubuh yang di sedot pun tak luput dari pengamatan ku. Obrolan mereka terus berlanjut saat kopi pesanan ku datang

Satu, dua adukan membuat kopiku mulai beraroma,Terlena dgn Aroma nya membuat konsentrasi akan sekitarku melemah. Hasilnya Aku ketinggalan ibu-ibu tadi topik sedot lemak yg lumayan menarik tiba-tiba harus berakir, Mirip adegan di Sinetron aku datangi meja mereka, barang kali mereka ninggalin sesuatu yg bsa menuntaskan penasaran ku tentang sedot menyedot.

Sebuah kartu nama tergeletak di sana tertera nama seorang specialis yg melayani jasa sedot menyedot mulai sedot lemak sampai sedot wc...Terpikir oleh ku bagaimana kalo aku ikut Program sedot otak..menghilangkan sebagian otak ku yg membusuk karna ditinggalkan wanita ku, wanita yang kepadanya lah harapan dan rahasia ini terlanjur aku bagikan, wanita yang dengan nya lah segala keluh kesah tiba-tiba mengendap terkunci kemudian terurai dengan alami, wanita yang telah yakin aku pilih untuk menjadi manusia pertama ingin kulihat saat terbangun di pagi hari.

Sebagian Otak yg hanya bisa berfikir tentang dia..hanya bisa encer lagi saat mendengar suaranya, hanya mau berfikir saat berfikir tentang  dia memang perlu di sedot, perlu di ganti, mungkin ini bisa jadi alternatif yang menarik .

Secangkir kopi setangkup roti coklat di bakar dan sebuah kartu nama Specialis sedot cukup 10.000, hujan sudah mulai reda, saatnya melanjutkan perjalanan pulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun