Harus ada regulasi dari panitia Popwilda, mengingat yang dilatih dan ditangani adalah para pelajar, maka dalam pembentukan dan pelatihan tim, wajib terlibat kehadiran pendidik di dalamnya.
Bila hal ini tidak masuk dalam regulasi, maka kejadian kualifikasi wilayah 1 ini, tergaransi akan terulang di wilayah 2, 3, dan 4.
Setelah saya coba cek ke panitia pertandingan, bahkan tim pelajar yang masuk finalpun tak diisi oleh pembina dan pelatih yang berlatar belakang pendidik, maka pantas saja total 53 kartu (kuning dan merah) melayang.
Jalannya laga final
Melihat sepakterjang kedua finalis sejak babak penyisihan,  saya sudah memprediksi, laga akan mudah dimenangi oleh Tim Popwilda  Kabupaten Bogor.Â
Prediksi tersebut benar adanya. Kabupaten Bogor cukup menang dengan 1 gol kendati tiga pemain utamanya terkena akumulasi kartu. Sementara, Kota Depok hanya 1 pemain utama yang terkena kartu merah.
Andai kedua tim tampil dengan kekuatan penuh, bisa jadi Kabupaten Bogor akan lebih mendominasi, sebab dari keunggulan head to head pemain, teknik, intelgensi, personaliti, Â dan speed (TIPS) pemain asal Bogor lebih unggul.
Susah bagi Depok menembus pertahanan Bogor, sebab tim asal Kota Depok ini sangat minim pemain bernaluri pencetak gol.
Bila dalam regulasi, untuk babak final Popwilda tahun 2020, pemain kelahiran 2003 masih diperbolehkan bermain, maka tim Kabupaten Bogor tidak perlu tambal sulam pemain, tinggal.dibenahi masalah intelegensi dan personaliti pemainnya, karena meski menjadi juara, sepanjang babak kualifikasi, tim inilah yang paling banyak mengoleksi kartu kuning.
Untuk tim Depok, masih perlu bekerja keras, demi mengimbangi level Kabupaten Bogor yang banyak diisi oleh pemain dari Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar Daerah (PPLPD) Bogor.
Suporter orangtua tak mendidik