Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Bila Pemilu Curang, Adakah Mafianya Seperti dalam Sepak Bola?

8 Mei 2019   21:52 Diperbarui: 8 Mei 2019   22:20 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mafia dalam sepakbola Indonesia sejatinya sudah terjadi secara turun-temurun dari era ke era. Hanya saja, sebelum akhirnya kini, para pelakunya ditangkapi satu persatu, tidak ada yang berani membongkar fakta.Setelah ada yang berani membongkar fakta dan institusi independen akhirnya bekerja membantu memberantas para mafia dengan dibentuknya Satgas Antimafia Bola, barulah pelaku satu persatu di ciduk.

Hanya saja, kini Satgas Antimafia Bola juga sudah tidak terlihat aktif lagi menangkapi pelaku-pelaku lain, meski dipastikan, mafia bola yang sudah menjadi lingkaran yang saling simbiosismutualis ini masih banyak yang bebas berkeliaran.

Paling-paling para pelaku yang lolos dari cidukan Satgas, kini sedang kipas-kipas karena selamat. Atau jangan-jangan ada udang dibalik batu lagi, hingga Satgas tidak terlihat kembali menangkap pelaku lain.

Publik sepakbola nasional masih sangat yakin, bila tidak dibersihkan sampai akar-akarnya, maka pada masa mendatang, para mafia ini akan tumbuh lagi, berkeliaran, bersinergi mencari keuntungan yang akhirnya kembali menciderai sportivitas dalam sepakbola nasional.

Apa bedanya dengan kondisi Pilpres yang semakin hari, hingga menjelang pengumuman hasil pada tanggal 22 Mei oleh KPU, kondisi perseteruan rakyat pendukung kedua Paslon justru semakin meruncing.

Jangan-jangan di kedua kubu ternyata ada mafia yang mencari keuntungan pribadi dan golongan serta kepentingannya dengan terus membuat skenario demi skenario dan menyutradarianya dengan cerdik demi menggiring opini rakyat. Lalu, kedua kubu saling menuduh adanya kecurangan.

Bila benar ada kecurangan, namun semua stakeholder Pemilu juga menjadi aktor yang memainkan naskah yang disutradarai, maka mustahil kubu yang akan mengajukan kecerungan dapat menang, sebab semua.sudah menjadi permainan. Percuma fakta dan bukti bila skenario lebih cantik.

Yang pasti, sama dengan di sepakbola. Bila para aktor di seluruh stakeholder Pemilu tidak ada yang mengaku atau dilaporkan karena memerankan tokoh dari skenario yang sudah didisain, maka akan sulit membuktikan kecurangan-kecurangan itu.

Harus ada bukti skenario dan aktor yang tertangkap atas kecurangan dalam Pemilu, maka tuduhan tidak akan menjadi sekadar tuduhan. Namun bila tidak didapati aktor dan skenario kecurangan yang sistematis, terstruktur, dan masif, maka mafia Pemilu pun akan selamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun