Mundurnya Edy Rahmayadi dari kursi Ketua Umum, memang sesuai harapan banyak pihak karena Edy rangkap jabatan. Namun, juga tetap.ada yang menyesalkan, karena pada akhirnya PSSI harus diurus oleh personal yang itu-itu saja, dan juga tidak dikehendaki publik sepakbola nasional.
Mencari sosok yang tepat untuk mengurus sepakbola nasional juga bukan perkara mudah.
Ada sosok seperti Erick Thohir yang cukup profesional dalam bisnis khususnya olahraga.Â
Namun, Erick pun sebelas dua belas seperti Edy, sudah jadi Ketua KOI, sangat sibuk dengan bisnisnya, belum lagi sekarang juga turun gunung dalam mendukung pemenangan salah satu Paslon Presiden dan Wakil di Pemilu 2019.
Yang lucu, sebelum Edy mundur, malah banyak warganet yang juga mengusulkan nama Ahok menjadi Ketua PSSI.
Bila Erick  yang jadi pilihan, Erick juga akan memiliki waktu sempit untuk mengurus  PSSI andai jadi Ketua. Sementara PSSI harus dikelola oleh profesional yang waktunya memang benar-benar untuk sepakbola.
Nah, Ahok, yang publik pahami hanya ada pengalaman di bidang politiik. Jadi, mengusulkan Ahok juga seperti nada bercanda saja.
Maunya publik, PSSI bersih dari orang-orang lama. Lalu, PSSI diurus oleh profesional yang waktunya penuh untuk sepakbola, sehingga Ketua PSSI seperti Ketua FIFA, Gianni Infantino [Presiden FIFA periode 2016-2019] itu, yang punya konsep bagaimana membesarkan organisasi, bagaimana memasarkan kompetisi supaya menjadi sumber pemasukan besar untuk organisasi.
Sekarang di Indonesia banyak profesional muda yang langsung memimpin perusahaan besar. Malah banyak profesional muda yang lahan bisnisnya mengakomodir ribuan pekerja.
Mungkin, harus ada.profesional muda yang berani menawarkan diri mau terjun mengurus PSSI. Sudah saatnya Organisasi PSSI diregenerasi di semua lini. Diisi oleh para profesional muda yang siap waktu sepenuhnya untuk sepakbola yang memang sudah bergerak ke arah Industri.
Ayo profesional muda, tawarkan diri menjadi calon Ketua dan Pengurus PSSI. Sepakbola nasional dapat diselamatkan oleh kalian. Amin