Malam nanti, timnas U-16 akan menjalani babak penentuan lolos tidaknya masuk ke fase enambelas besar. Peluang lolos memang besar, terlebih tinggal memilih apakah lolos dengan predikat juara grup, atau sebagai runner-up grup.
Andai saja, kemarin, saat menghadapi Vietnam, dalam waktu normal, Fakhri menurunkan tim terbaik, maka malam nanti Bagus dan kawan-kawan tidak harus bersusah payah menentukan nasibnya sendiri. Inilah untuk pertama kalinya Fakhri melakukan blunder.
Jujur, untuk pertama kalinya saya kecewa kepada Fakhri Husaini yang membiarkan penggawa timnas U-16 kesulitan menembus gawang Vietnam, akibat tak diturunkannya Supriyadi. Mengapa kecewa? Meski Supriyadi tidak dalam kondisi fit akibat cidera, namun nama Supriyadi tetap ada dalam daftar pemain cadangan.
Beruntung saat babak pertama Bagus dan kawan-kawan buntu mencipta gol balasan, Fakhri langsung memasukkan Zico. Dan, Zicolah yang memecah kebuntuan dengan membuat keadaan menjadi seimbang 1-1. Setelah itu, timnas tetap kesulitan menambah gol.
Bahkan pemain-pemain belakang kita, bermain sangat mengkhawatirkan. Yang sangat mencolok, dua bek tengah dan bek kanan-kiri sangat mudah diterobos pemain Vietnam. Sangat terihat empat pemain belakang timnas U-16 lemah speed, pun kecerdasan bermain.
Sementara sang kapten, Davidpun sering melakukan kesalahan umpan yang  berakibat fatal dengan melahirkan serangan balik Vietnam, dan selalu hampir membuahkan gol.
Alasan kecewa adalah, ternyata Supriyadi dapat diturunkan, meski hanya tersisa waktu 3 menit. Harus disadari. Supri bukan dewa yang lantas tiba-tiba dapat mengubah suasana dalam tempo sangat singkat. Terlebih Supri dalam kondisi tidak fit.
Jadi, seharusnya, Fakhir tidak perlu menurunkan Supri. Biarkan tim bertahan dengan kondisi bermain seri 1-1. Maka, publik akan menyadari bahwa, dengan kehilangan Supriyadi yang cidera, pemain dan tim pelatih wajib memiliki solusi untuk ketajaman Garuda, karena kehadiran Amanar dan Salman dalam tim tidak signifikan membantu pemain utama lainnya. Mendorong Yudha ke sayap dan memasukan Hamza pun kurang membantu.
Seharusnya, biarkan, malam itu publik sepakbola nasional menyadari bahwa Supriyadi memang sedang cidera. Tapi mengapa Fakhri tiba-tiba menurunkan Supriyadi di waktu yang tidak tepat. Ini menjadi catatan dan untuk pertama kalinya saya kecewa karena selama ini Fakhri dengan apapun kondisinya selalu menurunkan formasi terbaik demi menggapai kemenangan. Ini prestasi bangsa. Bila kondisi demikian, penilaian bukan pada performa pemain, namun pada performa pelatih dalam meracik strategi!
Memang, pintu menjadi juara grup masih terbuka lebar. Mengandaskan India, secara otomatis menjadi juara grup. Tetapi, jangan mengulang kebiasaan Luis Milla dan Indra Syafri, yang selalu suka rotasi pemain dan tidak berpikir untuk menggenggam tiket terbaik dari awal demi lolos ke fase berikut di saat yang masih memungkinkan. Tidak harus berjuang di akhir-akhir fase grup, karena ketakcerdasan meracik strategi!
Selagi kesempatan masih ada dan datang lebih awal, seharusnya itu yang diambil. Ibaratnya, mau berdarah-darah atau yang lainnya, mengamankan tiket juara grup dan lolos ke fase gugur, harusnya menjadi prioritas.