Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas U-23 Menatap Delapan Besar, Ayo Sengat UEA dengan Kecepatan dan Tiki-Taka

24 Agustus 2018   08:45 Diperbarui: 24 Agustus 2018   10:30 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Publik sepakbola nasional tentu sudah tidak sabar menanti laga timnas U-23 Indonesia meladeni timnas U-23 Uni Emirat Arab (UEA) dalam babak 16 besar cabang olahraga sepak bola putera Asian Games 2018. Laga yang akan berlangsung sore nanti, Jumat (24/8/2018) di Stadion Wibawa Mukti Bekasi, juga disiarkan langsung dan live streaming SCTV pukul 16.00 WIB.

Perjalanan penggawa Garuda U-23 lolos ke babak 16 besar, cukup menguras pemikiran publik pecinta sepakbola nasional. Pasalnya, Luis Milla sendirilah yang sempat menodai buruknya performa tim saat meladeni Palestina. Budaya coba-coba dan sok-sok-an rotasi pemain, harus dibayar mahal dengan mendulang kekalahan, hingga laga terakhir fase gruppun  menjadi penentuan posisi Indonesia.

Selain Milla sempat menodai performa tim dengan membiarkan pemain-pemain terbaik duduk di bangku cadangan, sejatinya, sudah berkali-kali media cetak dan online membincang persoalan tidak cerdasnya beberapa pemain timnas.

Saya sendiripun hampir setiap kali malah menyebut nama-nama pemain timnas U-23 yang wajib sadar diri dan memperbaiki diri menyoal bermain dengan cerdas ini. Kecerdasan intelegensi pemain sangat vital berpengaruh pada kecerdasan emosi. Saya sudah tidak meragukan kemampuan dan talenta 20 pemain yang kini ada dalam besutan Milla di U-23 dari segi teknik dan fisik. Namun, aksi-aksi bodoh berkali-kali diulang oleh pemain yang selalu layak masuk dalam komposisi tim utama Garuda Indonesia.

Buntutnya, baru akan melangkah di babak 16 besar, karena timnas U-23 ditargetkan lolos hingga semi final, 6 pemain utama sudah mengantongi kartu kuning. Ironisnya, seluruh kartu kuning yang di dapat pemain kita, diawali dari pemikiran tidak cerdas yang melahirkan tindakan bodoh dengan melakukan peralanggaran yang tidak perlu, baik dari akibat provokasi lawan maupun karena karakter pemain itu sendiri.

Saat meladeni Palestina, empat pilar disuruh nonton dari bangku cadangan saja, empat pemain pengganti yang dipercaya turun susah berbuat bagi tim. Nanti malam, andai 6 pemain yang telah mengantongi kartu kuning tetap menujukkan karakter kebodohannya, maka bukan mustahil, bila berhasil menjinakkan UEA, di babak 8 besar, komposisi pemain akan kembali pincang.

11 pemain utama yang mampu bermain sesuai harapan, hanya posisi sayap saja yang secara objektif boleh diubah oleh Milla. Posisi lain akan sangat rentan. Nah, 6 pemain yang sudah terkena kartu kuning, 2 adalah pemain sayap (Febri dan Sadil). Lalu, Andritany, Hansamu, Putu Gede, dan Lilipaly, dan beruntungnya Rezaldi belum kebagian kartu kuning.

Selama ini, 6 peraih kartu kuning plus Rezaldi, saya kenal dengan pemain yang sangat ceroboh, karena miskin intelgensi yang berakibat fatal pada sikap bermain yang mudah terpancing emosi. Sementara Febri dan Sadil sangat senang mempertunjukan gaya individualistis dan egoisnya yang menular pada Lilipaly.

Atas dasar catatan-catatan yang ada, dalam menghadapi UEA sore nanti, tujuh pemain tersebut wajib sadar diri. Mereka wajib menyelematkan diri dari sikap bermain yang jauh dari kecerdasan, maka akan terhindar dari mudahnya terpancing provokasi yang sangat mudah menaikkan emosi. 

Terlebih, timnas U-23 UEA sangat lihai memancing emosi dan memprovokasi lawan, alias licik, dan menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan. Sekadar pertandingan persahabatan saja, mereka, pemain dan ofisial harus bentrok fisik dengan Malaysia, padahal sebagai tim tamu.

Untuk itu, dalam laga nanti, kontrol emosi dengan pusat pengendalian dari kinerja otak, wajib menjadi fokus semua pemain, tak terkecuali tujuh pemain yang saya bincang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun