Apakah dalam laga kedua, timnas U-23 dapat memecundangi Korea Utara, setelah dalam laga perdana diempaskan Bahrain? Pada laga perdana, sebenarnya Bahrain kalah mutlak dari segi teknik dan kecepatan dari penggawa Garuda, namun mereka sangat unggul intelegensi dan personaliti. Cerdas bepikir maka padai memanfaatkan situasi untuk memprovokasi dan mengulur waktu. Sayang pasukan muda Indonesia ini sepajang laga kurang menyadari akan intrik dan staragi lawan demi memenangkan pertandingan.
Ironisnya sederet pengasuh yang ada di pinggir lapangan dan bangku cadangan seperti tidak ada pemikiran untuk mengubah arah pertandingan, kendati terlihat jelas model dan strategi lawan sejak mereka unggul 1 gol. Upaya membikin gol balasanpun tetap dengan cara yang itu-itu saja, sama alias monoton!
Laga kedua kontra Korea Utara, apakah kelemahan pasukan Garuda muda yang tentunya akibat dari cara olah dan strategi Milla yang jalan di tempat, bakal ada perubahan signifikan menyoal pemikiran cara bermain dan sikap bermain?
Korea Utara jelas bukan Bahrain. Dalam pertemuah terakhir dengan Indonesia, Korea Utara menggulung Indonesia 4-1 pada perempat final Asian Games 2014. Kini, Korea Utara sangat cepat, agresif, unggul bola atas. Prinsipnya, selain mumpuni dalam olah intelegensi dan personaliti, teknik dan kecepatan Korea Utara jelas di atas Indonesia.
Bila pasukan Milla tampil tidak jauh dari cara saat menghadapi Bahrain, maka bukannya kemenangan dalam gol yang di dapat, namun menang permainanpun akan jauh dari harapan.
Percuma sudah gembar-gembor mengganti Lerbi dengan Spaso, bila pemain sayap yang digadang-gadang menjadi tumpuan tidak dapat menjadi pelayan demi Spaso menceploskan gol. Sepanjang menit melawan Bahrain dua sayap yang dibanggakan, nyatanya lebih sering bermain individualistis. Lebih ngotot ingin menciptakan gol sendiri dibanding memberikan umpan matang dan lahirkan gol demi kepentingan kemanangan tim. Febri dan Osvaldo, dua-duanya sama saja egois!
Bagaiamana cara bermain Febri dan Osvaldo malam nanti. Bila setelah dilakukan evaluasi dan edukasi oleh Milla dan jajarannya tetap bermain dengan caranya sendiri, percuma mengisi slot pemain inti U-23 karena tidak memberikan solusi. Lebih baik cari pemain yang lebih mengutamakan kepentingan dan kemenangan tim.
Sementara di lini Belakang, selain Rezaldi yang sudah mempertunjukkan sebagai pesepakbola kampungan saat melawan Bahrain dan berbuntut kartu merah, masih tersisa Hansamu dan Hargianto yang seringkali tidak cerdas dan lantas tidak dapat mengendalikan emosi. Di lini tengah, bila dimainkan, juga ada Hanif yang setali tiga uang dengan sikap macam Hansamu dan Hargianto. Membahayakan tim!
Ayo Milla, Anniversary Cup 2018 ajang terakhir untuk mengukur kemampuan timnas U-23 sebelum berlaga di Asian Games. Indonesia tuan rumah.
Saat menghadapi Korea Utara, saat tim berlaga, jangan diam saja seperti laga menghadapi Bahrain. Tarik secepatnya pemain yang bakal merugikan tim atas sikap dan intelegensinya. Tarik dan ganti pemain yang individulais dan egois!
Dan jangan lagi coba-coba Milla, kalah dari Korea Utara sama saja angkat kopor lebih pagi dari  Anniversary Cup. Lalu saat melawan Uzbekistan, anggap saja pertandingan uji coba terakhir!