Momentum  kebangkitan sepakbola nasional, terutama timnas U-16, U-19, dan U-22 yang kian menjanjikan, jelas terjadi karena kolaborasi dari berbagai sisi. Kendati PSSI baru menggulirkan kompetisi sepakbola usia muda di level U-15 dan U-17, namun sejatinya, peranan swasta dalam menyumbang pemain nasional lebih dominan karena kompetisi yang mumpuni, ketimbang gelaran event kompetisi PSSI sendiri.
Indonesia kangkangi Malaysia
Kabar baik juga datang mengiringi. Berdasarkan rilis terbaru dua haru lalu, per 16 Oktober 2017, peringkat FIFA timnas Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Bahkan kabar yang tentu saja paling membahagiakan, timnas Garuda kini berhasil mengangkangi Malaysia. Indonesia menduduki posisi ke-165 dunia dengan 117 poin, atau naik empat tingkat dari peringkat periode September 2017.
Memang, bila diurutkan berdasarkan peringkat negara-negara Asia Tenggara, Indonesia masih terpaku di peringkat keenam. Posisi pertama ASEAN masih diduduki Filipina di peringkat 116 dengan 272 poin. Diikuti Vietnam (121/261 poin), Thailand (138/225 poin), Myanmar (155/166 poin), dan Laos (162/122 poin) yang berada di atas Indonesia.
Negeri Jiran Malaysia malah turun empat posisi peringkat 170. Sedangkan Singapura, lebih parah lagi. Singapura terjun bebas hingga 11 posisi ke peringkat 173.
Menuju Pentas  atau prestasi dunia?
Seiring dengan prestasi ranking FIFA yang naik dan momentum kebangkitan sepakbola usia muda Indonesia, lalu menyadari atas kekurangannya, maka PSSI Pers didukung oleh Liputan 6, menginisiasi forum diskusi sepakbola usia muda. Diskusi ini akan terjadi di SCTV tower lantai 8, Senayan City, Jakarta. Acaara dimulia pukul 19.00 WIB.
Diskusi menghadirkan praktisi sepakbola usia muda M. Yusuf Kurniawan, serta tiga pelatih timnas Indonesia, Luis Milla Aspas (U-22/senior), Fakhri Husaini (U-16), dan Indra Syafri (U-19). Forum diskusi juga akan dihadiri oleh Ketum PSSI Edy Rahmayadi, Waketum Joko Driyono, Sekjen Ratu Tisha, dan Sesmen Kemenpora Gatot Dewa Broto.
Prinsipnya diskusi terbuka untuk umum, namun lebih diutamakan dapat dihadiri oleh para pelaku sepak bola usia dini, khususnya para pelatih SSB yang tersebar di Jabodetabek sebagai fasilitas para pelatih menyampaikan ide lebih dalam di hadapan publik
Lalu, mengapa judul diskusi "Mengejar Pentas Dunia?" Bukan "Mengejar Prestasi Dunia?" Bukankah kini banyak anak usia dini dan muda Indonesia yang langsung dapat berpentas dalam sepakbola dunia, yaitu langsung di benua Eropa atau Amerika? Bukankah yang penting asal ada uang, anak bisa terbang?
Jadi, mungkin judul "Mengejar Pentas Dunia" kurang pas, bila acuan prestasi adalah ranking FIFA, maka seharusnya judul menjadi "Mengejar Prestasi Dunia?" Kalau hanya berpikir pentas, punya uang, siapapun anak dan pemain Indonesia bisa ikut andil di tim-tim mancanegara, tetapi bukan karena prestasi, lebih ke arah menimba ilmu, maka membayar.