Apakah penggawa Garuda U-16 yang mulai malam nanti, Sabtu, (16/09/2017) akan berjuang kembali di Pra Piala Asia U-16 dapat menyembuhkan luka hati publik sepak bola nasional dengan melibas timnas Kepulauan Mariana Utara?
Intelektual dan personalitas di mana?
Di antara pemain-pemain kita di semua kelompok umur, nyatanya masih ada yang belum lulus intelektual dan personalitas, namun kok bisa berada dan masuk dalam jajaran pemain tim nasional yang mewakili bangsa dan negara!
Publik sepak bola nasional berulangkali dipertontonkan permainan tidak cerdas dan lemah mental dari para penggawa timnas. Mengapa ada pemain yang tidak cerdas dan lemah mental? Tidak cerdas karena bisa jadi, dalam kehidupan sehari-hari di sekolah formal, saat menjalani pendidikan, nilai akademikpun jelek. Secara teori, bila anak-anak yang tidak mampu mengendalikan emosi, sangat signifikan dengan tingkat kecerdasan otaknya. Anak yang cerdas mampu perpikir, mampu menganalisis tindakan dirinya dan orang lain. Mana tindakan yang baik dan mana tindakan yang buruk, mana perilaku yang benar dan mana perilaku yang salah. Anak yang cerdas, mampu mengontrol emosi.
Berkali-kali saya sudah menulis di media cetak maupun elektronik, seharusnya PSSI menyosialisasikan syarat calon pemain timnas ke publik. Apa standar minimal seorang pemain yang layak duduk di jajaran pemain tim nasional sepak bola Indonesia?
Dalam Sekolah Sepak bola yang saya kelola, filosofi pembinaan sepak bola Akademi Ajax Amsterdam Belanda, saya terapkan. Dia adalah teknik, intelgensi, personaliti, dan speed (TIPS). Empat indikator Tips tersebut, harus saling berkolaborasi dan menyatu, tidak boleh njomplang unggul hanya di satu atau dua sisi.
Kendati hanya sebuah tim Sekolah Sepak bola, saya menekankan ke pelatih-pelatih saya, karena yang kami bina adalah usia dini dan muda, maka kami tidak berpikir prestasi dan juara. Terlebih Sekolah Sepak bola kami menerima semua siswa dari seluruh lapisan, terutama banyak sekali siswa yang datang hanya bermodal keinginan berlatih sepak bola.
Setelah kami lihat performa para siswa di awal, akhirnya kami fokus melatih siswa dari segi teknik dan speed (kecepatan/fisik), karena para siswa bukan pemain yang berbakat dalam sepak bola tetapi dengan pondasi terori dan praktik kecerdasan dan mental melalui materi kepelatihan yang kami sebut "Asah Otak". Kami senang, karena dengan demikian para siswa terus kami asah cerdas intelektual dan cerdas emosinya. Selama lebih dari 19 tahun SSB kami melakukan pembinaan dan pelatihan, tidak pernah siswa sekolah sepak bola kami terlibat keributan pemain atau lebih tepatnya, menunjukkan sikap tidak cerdas dan lemah mental dalam pertandingan.
Psikotes wajib untuk calon pemain timnas
Kembali menyoal pemain timnas, sudah sangat mendesak untuk PSSI melakukan seleksi pemain timnas dengan prosedur yang benar. Tengok saat untuk pertama kalinya, PSSI membuka untuk umum kesempatan menjadi Sekretaris Jenderal yang posisinya lowong.
Prosedur apa yang dilakukan PSSI? Ternyata dari 32 pelamar, semua calon Sekjen wajib mengikuti rangkaian seleksi dengan psikotes, uji kesehatan, dan ditutup dengan presentasi. Dari tiga rangkaian uji tes tersebut, psikotes dan presntasi, sangat mengukur kompetensi kecerdasan dan mental calon Sekjen.