ENTAH sudah berapa banyak aku memuja sungai Ciliwung sebagai Maha Karya-Nya. Sejak aku jatuh cinta padanya. Hati ini selalu rindu. Rindu suara indah nyanyian gemericik nan merdu, parasnya yang cantik, Â dan kemolekan 'tubuhnya'.
Setiap ada kesempatan, aku pasti akan menumpahkan segala rasa cinta. Apa daya. Tubuh ini mulai merenta. Tapi seolah aku seperti anak belasan tahun. Ini terjadi sejak jumpa dengan sahabat-sahabat baru. Mereka dari Komunitas Peduli Ciliwung Bogor. Setiap Sabtu pagi, kami bersama-sama 'ngapel' ke Ciliwung. Kami datang tidak membawa bunga mawar merah. Kami membawa karung-karung bekas isi 25 dan 50 kilogram. Karung-karung ini untuk wadah sampah-sampah yang mengotori wajahnya. Duhhh... Tega bener orang-orang yang mengotori wajahnya yang ayu.
Sabtu pagi, 12 Agustus 2017, kami datang berenam. Saya, Omar, Nonnet, Bucil, Abel dan Faiza. Kali ini kami jadwalkan khusus bertemu sang pujaan dengan menyusuri sungai. Lokasinya di Ciliwung
Sukaresmi. Meeting point di gerbang Graha Grande. Waktu yang disepakati bersama jam 08 pagi. Mereka datang ada yang naik motor, kereta dan angkutan umum. Saya sendiri jalan kaki.
Hehehe... Ini salah satu hobi dan kebetulan saya tinggal tak jauh dari lokasi. Lokasi yang kami datangi berada di perbatasan kabupaten dan kota Bogor. Di sini, sungai memisahkan kelurahan Kedunghalang, kecamatan Bogor Utara di sisi timur dan utara. Sementara, Sukaresmi kecamatan Tanah Sareal di barat dan selatan.Â
Tumpukan buangan sampah berguguran
Begitu kami tiba,
sontak teman-teman tertegun akan wajahnya. Wajahnya masih tetap ayu. Namun sayang, wajah ayunya kotor oleh sampah-sampah yang bertumpuk dan bertebaran. Aneka sampah menempel pada sekujur tubuhnya. Tidak sedikit sampah-sampah itu bagai penyakit kulit yang sulit dilepaskan. Akar-akar pohon yang menjulur di sekitarnya disukai sampah plastik dan kain. Sampah styrofoam, sisa kemasan air minum, sendal, sepatu terdampar di daratan. Sebagian terombang-ambing di permukaan wajahnya. Sementara beberapa pancuran mata airnya mengalir jernih di antara tebing-tebing sekelilingnya.
Ada cerita sedikit seru. Abel, yang baru tiba perlahan menuju tepi sungai. Namun karena permukaan kulit Ciliwung licin, dia terpeleset. Brakkkk. "Ini pertanda baik dan akan terus ke sini!" katanya sambil tertawa. "Ayo, sering-seringlah main di sungai Ciliwung agar kalian mengenal lingkungan dan menghargai sungai" begitu pesannya.
Berada di perbatasa kota dan kabupaten Bogor
Sekira satu kilometer kami menyusuri sungai banyak ditermukan hal-hal menarik. Satu diantaranya tumpukan sampah yang dibuang dari atas pemukiman. Sampah-sampah ini berguguran. Lagi-lagi mengotori sungai. Tumpukan yang lain juga dijumpai pada beberapa bagian sungai lainnya. Hal menarik lainnya adalah tempat untuk berfoto. Berbekal kamera HP Android, kami foto tempat-tempat itu. Terkadang kami foto beramai-ramai di sini.
Tengah sungai asyik juga untuk foto
Mudahan Sabtu minggu depan kami bisa kembali ke sini bersama teman-teman yang lain. Untuk mengajak merawat agar Ciliwung tidak sakit. Bila Ciliwung sakit, kita akan sulit. Sulit karena terjepit banjir dan penyakit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Inovasi Selengkapnya