Hidup tidak selamanya berada pada jalur yang benar. Kadangkala kita harus terjatuh agar kita memahami proses yang sedang kita jalani. Allah SWT menciptakan kita dalam bentuk yang tidak sempurna. Ketika jatuh, tugas kita adalah bangkit kembali. Biarkan pengalaman buruk yang hadir menjadi pelajaran. Kita jadi mengerti, tidak ada kesempurnaan dalam hidup. Kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Kita hanyalah manusia yang sering kali melakukan kesalahan.
Setinggi apapun melompat, akhirnya kita akan terjatuh. Hidup ini memang teramat ganjil dan misterius. Rumus untuk memenangi keganjilan hidup adalah pada pedang semangat. Bukan pada bentuk kepandaian dan ketrampilan. Pedang semangat itu akan membawa kita pada kebaikan yang lain. Hidup ini teramat singkat jika hanya kita isi dengan penyesalan tiada berujung. Keburukan apapun di masalalu, biarkan pergi menjauh. Allah SWT memberikan ruang pada kita untuk memperbaiki masalalu yang gelap itu.
****
“Lis, lisa hey, melamun lagi? Nanti siang ada acara tidak?”
Jihan menepuk pundak Lisa yang sedari tadi melamun. Senyum Jihan teramat sempurna. Semua orang yang melihat senyum Jihan akan langsung jatuh cinta. Senyum Jihan, beberapa tiga tahun ini memberikan kekuatan pada Lisa. Senyum Jihan sungguh tidak ada yang dapat menggantikannya. Senyum itu hadir bersama sikapnya yang sederhana. Senyum Jihan, telah merubah sisi gelap kehidupan Lisa di masa lalu. Sebuah senyum ternyata memberikan energi perubahan yang luar biasa besar.
“Ihhh, bikin lamunanku terbang ke langit tujuh”
Lisa Pramesti tersenyum pada Jihan. Mereka adalah dua orang sahabat yang sedang merampungkan studi di SMU 28 Jakarta Selatan. Persahabatan di antara keduanya begitu erat. Sehingga banyak teman-teman mengatakan mereka bagaikan kakak dan adik. Perjalanan selama tiga tahun di SMU 28 Jakarta membekas di hati mereka. Hingga pengumuman ujian nasional telah terpampang. Sudah saatnya mereka berpisah untuk melanjutkan studi. Lisa Pramesti hendak melanjutkan studi ke Yogyakarta. Sedangkan Jihan Adelina Harahap, hendak mengikuti orang tuanya ke Medan.
“Lisa yang cantik, udah melamunnya sayang. Biarkan cowok itu pergi”
“Jihan, apa sih? Aku tidak memikirkan cowok itu”
“yealah bokis banget sih. Tuh dari sorot matanya kelihatan”
Karakter mereka memang sangat berbeda. Lisa merupakan anak keturunan jawa asli. Sehingga Lisa lahir dan besar dalam kultur yang lembut. Hal ini sangat berbeda dengan Jihan yang lahir dari suku Medan. Karakter Jihan terkadang keras dan lantang. Perbedaan tersebut justru membuat mereka menjadi seorang sahabat ideal. Allah SWT telah menciptakan manusia dalam berbagai suku dan bangsa. Allah SWT mengendaki umatnya untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya.