Akibat dari bertelanjang diri para turis di Gunung Kinabalu mengakibatkan gempa merupakan berita hangat saat ini. Tindakan menanggalkan pakaian disembarang tempat, dinilai bertentangan dengan adat istiadat dan norma masyarakat disekitar gunung di kawasan Borneo itu. Sampai sampai Tan Sri Joseph Pairin Kitingan, Wakil Menteri Besar Negara Bagian Sabah, Malaysia menuding 10 turis Eropa sebagai penyebab terjadinya gempa bumi berkekuatan 6.0 skala richter di Sabah, Jumat sore (5/6/2015). (kompas.com)
Bertelanjang secara beramai ramai di tempat umum tentu sangat tidak sopan bagi kalangan yang menjunjung nilai kesopanan apalagi di wilayah timur. Bertentangan dengan nilai dan norma yang benar.
Dengan menjaga kesopanan dengan berpakaian untuk menutup aurat tentu sangat sejalan dengan kehidupan manusia yang bermartabat dan berakhlak. Hidup secara harmonis dengan alam dan makhluk lainnya.
Sebuah tindakan dengan melawan arus, atau tidak sejalan dengan peredaran siklus alam memang kadang kala mengundang sebuah bencana atau malapetaka. Memang secara secara akal tidak akan bisa diterima. Seperti bencana lapindo dan lainnya.
Berbeda jika, kita berpikir sepenuhnya dengan timbangan akal semata dan mencampakan jauh jauh fakta yang bersumber kebesaran Sang Pencipta.
Peran Sang Pemberi kehidupan selayaknya dijadikan sandaran kepada kita mensikapi apa apa yang terjadi. Dengan seperangkat kemampuan dan kecerdasan untuk mengkaji dan melihat kebesaran Nya. meski secara alamiah manusia sudah mengakui akan kebesaran Tuhan sebagai pencipta alam.
Sementara manusia dengan berbagai kekuranganya kadang alpa dan bertindak tidak sejalan dengan apa yang mesti ditaati berkaitan hidup harus seimbang dengan alam. Etika terhadap alam maupun makhluk lain kadang terabaikan.
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (Akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (41)
Katakanlah (Muhammad), "Berpergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)" (42).
Dan, beberapa kejadian diluar nalar manusia telah terjadi dan bisa dilihat kebenarannya bahwa kekuatan doa akan bisa melepaskan diri dari bencana yang akan melanda manusia. Dan ini diluar kemampuan manusia dalam menghadapi bencana alam.
Beberapa kejadian yang layak untuk kita simak bersama.
Kampung kecil itu bernama Kikisik, terletak di pinggiran kota Tasikmalaya dan secara administratif menjadi bagian dari Desa Sukaratu, Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat). Sekilas tak ada yang membedakan kampung ini dibanding kampung-kampung lainnya yang tersebar di seantero Jawa Barat, yang mayoritas penduduknya hidup bersahaja dan bertumpu pada dunia pertanian. Hanya saja Kikisik tepat berada di mulut kaldera gunung berapi aktif yang namanya pernah menggetarkan dunia tiga dasawarsa silam seiring aksinya: Galunggung. Antara kawah Galunggung dengan kampung ini terbentang jarak 7 km, yang tergolong pendek sehingga kampung ini sempat dimasukkan ke dalam Kawasan Rawan Bencana 1 selama krisis letusan Galunggung 1982-1983. Namun krisis letusan itu pula yang mengapungkan nama kampung kecil ini lewat sebuah keajaiban mengesankan. (http://www.kompasiana.com/marufinsudibyo/doa-yang-membelokkan-lava-galunggung_55005729a333117f72510baf)