Permodelan seperti halnya pemilihan ketua RT dan RW tentu tidak sebanding dengan kompleksitas pemilihan setingkat Bupati/Walikota ataupun Gubernur. Banyak dimensi dan dinamika yang menggambarkan astmosfir pemilihan setingkat Bupati/Walikota ataupun Gubernur. Tetapi kita bisa menggambil nilai-nilainya, bagaimana kalau tidak sanggup menjaga amanah warga, bagaimana kesiapan siang dan malam kalau ada warga yang mengalami kesulitan ekonomi maupun kesehatan, guyubnya pada saat melaksanakan kerja bakti bersama. Dalam konteks ini kita bisa mengambil nilai dari setiap kontestasi pemilihan setingkat Bupati/Walikota ataupun Gubernur. Apabila permodelan tersebut mampu diamplifikasikan ke dalam area yang lebih besar maka potensi menghasilkan pemimpin yang sesuai dengan konten (kemampuan dan pengamalan) mampu memberikan manfaat yang besar pada masyarakat dalam konteks kekinian.
Gambaran tersebut diatas mungkin terasa utopis, tetapi jika setiap kita dan para pemangku kepentingan mampu mengesampingkan ego pribadi maupun golongan tentu bukan tidak mungkin bisa diimplementasikan. Sehingga kontestasi pemilihan atau pergantian kepemimpinan di daerah tidak seperti kontestasi busana atau fashion show, yang hanya dilihat sesaat keriuhan dan keramaiannya sesaat. Pada akhirnya masyarakat sebagai subjek pemilih malah tidak mendapatkan manfaat yang berarti. Semoga tidak demikian!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI