Melalui layar kaca telepon pintar mampu memberikan secuil informasi yang penuh dengan tafsir yang ditangkap oleh persepsi. Tentu bukan karena sebuah gambar atau tulisan maupun video tidak menjelaskan sebuah makna yang diwartakan atau narasi yang dibangun oleh pewarta belum mewakili fenomena yang disiarkan, tetapi gambar, narasi atau video yang ditampilkan dalam media sosial baik secara pribadi ataupun lembaga sering terlekatkan noise atau gangguan yang ditimbulkan oleh pewarta, penafsir, pemirsa ataupun pembaca.Â
Ada banyak faktor yang menyebabkan adanya perbedaan tasfir dalam setiap informasi, berita ataupun gambar yang disiarkan oleh para pewarta. Selain latar belakang budaya, pengetahuan dan Pendidikan sangat mempengaruhi tafsir yang disebabkan oleh perbedaan persepsi yang ditangkap.Â
Fenomena tersebutlah yang sangat dimungkinkan terjadi deviasi antara mata memandang, mata membaca, mata menonton dengan maksud yang ingin disampaikan oleh para penyebar berita, berita dan video. Oleh sebab itu, terkadang penampilan luar dari setiap ekspresi manusia menjadi subjektif.
Dalam diskusi tersebut dapatlah diambil kesimpulan yang menarik menurut saya, bahwa persepsi tak perlu menjadi rujukan sebuah kebenaran, kepastian dan bersifat final serta mengikat.Â
Persepsi yang muncul mungkin bisa menjadi cermin untuk bertindak lebih arif dan bijaksana bagi diri kita masing-masing. Sehingga persepsi yang muncul akibat pembacaan fenomena yang kita lihat sehari-hari bisa memberikan peningkatan pengetahuan yang beradab. Jika fenomena tersebut menurut kita buruk maka tak perlu ditiru, jika salah tak perlu kita contoh dan jika pun tak baik maka tak perlu menjadi panutan.Â
Dengan demikian setiap manusia dan lingkungan seisinya bisa saling memahami satu sama lain. Impact dari saling memahami tersebut mudah-mudah keteraturan sosial yang berbudaya dan beradab. sehingga jikapun fenomena dalam ruang sosial maupun media media sosial dan digital bergejolak bisa kita sikapi dengan biasa-biasa saja. Â
Adapun konflik yang terjadi bisa disalurkan melalui Lembaga yang sudah menjadi kesepakatan dalam kontrak sosial. Sudahkan kita saling memahami dan memahamkan atas fenomena sosial disekitar kitakah? Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H