Ketika adzan berkumandang saat itulah aku mengadaMenangis, ntah apa yang dirasa dan akupun tak ingatSepertinya lembaran demi lembaran mulai menuliskan cerita
Tangis bahagia bagi ibu, ayah dan seluruh yang mengisi tempat
Cerita panjang pun mengalir menghiasi tiap halaman
Ibu dan ayah memberikan pendahuluan tentang harapan
Akupun memberikan ulasan sekilas tentang asa yang teratas
Tiap halaman sepertinya perlu referensi yang pantas
Setiap detik adalah kata dan setiap menit adalah kalimat
Setiap jam mengantarkan paragraf dan setiap hari menunjukkan halaman
Entah sampai kapan halaman demi halaman berhenti dan lompat
Mungkin itu hanya retoris saja dan bersembunyi di halaman penuh taman
Bunga dan aroma menghiasi setiap halaman yang hadir
Sepertinya ingin memberi pesan tentang lauhul mahfudz diatas bintang
Serpihan cerita kadang memberi hikmah meski kadang getir
Tapi manis selalu menemani dalam setiap pedih yang datang
Aku berharap bisa memberikan cerita tentang kebaikan pada alam
Dan memberikan gambaran tentang manfaat bagi umat
Tetapi kadang setiap lembar halaman memberikan narasi yang kelam
Tak pernah terpikir meski selalu hadir dan terkesan halaman mau tamat
Pada akhirnya narasiku dibangun pada satu titik menyempurna
Seperti cerita anak menuju dewasa yang selalu menjadi
Seperti benih yang tumbuh menjadi winih kemudian menjadi padi
Aku berpasrah agar setiap halaman menjadi buku yang indah pada akhirnya
Selamat hari Buku Nasional!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H