Mohon tunggu...
Suparjono
Suparjono Mohon Tunggu... Administrasi - Penggiat Human Capital dan Stakeholder Relation

Human Capital dan Stakeholder Relation

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ruang Belajar dalam Era Ruang Terbuka Pengetahuan

20 Januari 2019   17:10 Diperbarui: 20 Januari 2019   17:14 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Luluh lantahnya bangunan ruang kelas atau ruang belajar mungkin itu cukup pas digambarkan saat ini. Control Room Mechanisme menjadi arena baru yang  bagi orang-orang yang akan mencari pengetahuan. Mengapa demikian, bertebarannya informasi dan pengetahuan yang disediakan oleh alam dan teknologi tersedia dalam ruang tanpa batas dalam dunia cyber dan cloud.

Berselancar di dunia maya dalam beberapa menit informasi yang kita perlukan bisa dengan mudah diperoleh. Pengetahuan yang begitu luas memang tak mampu hanya diperoleh dalam ruang kelas atau ruang belajar. Pengetahuan mampu menembus ruang-ruang yang tersekat oleh standarisasi dan pola pembelajaran dalam ruang.

Dunia sudah begitu cepat berubah tak hanya dalam dunia bisnis dan industrialisasi, namun cara memperoleh informasi dan pengetahuan juga sudah sangat variatif. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh perkembangan budaya dan teknologi dimasing-masing wilayah. 

Teknologi sangat mempengaruhi peran bertebarannya informasi dan pengetahuan bagi perkembangan umat manusia. Pun demikian dengan dunia pendidikan yang mau tidak mau harus cepat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. Informasi, pengetahuan dan ilmu harus menyatu dalam dunia pendidikan yang menganut asas ilmiah. Sehingga informasi dan pengetahuan yang beredar diunia maya dan cloud dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah bukan malah menjadi Rumors Controls Mechanisme.    

Ki Hajar Dewantara juga pernah melontarkan konsep belajar 3 dinding. Yang dimaksud belajar dengan 3 dinding bukanlah belajar dikelas dengan jumlah dinding 3 buah ( salah satu dari 4 sisi dinding tidak ada ), tetapi konsep tersebut mencerminkan tidak ada batas atau jarak antara di dalam kelas dengan realita di luar. Pandangan yang cukup revolusioner dalam dunia pendidikan yang dilontarkan di era pra kemerdekaan. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah lulusan pendidikan formal mampu bersaing dengan pendidikan non-formal atau otodidak, maka jawabannya adalah keduanya mempunyai peluang yang sama untuk bersaing didunia industri maupun bisnis. 

Ditambah dengan pernyataan "filosof" atau pengamat sosial dan politik yang sedang naik daun Rocky Gerung dalam akun twitternya menyatakan bahwa ijazah itu tanda anda pernah sekolah, bukan tanda anda pernah berpikir. Hal tersebut merupakan tamparan yang cukup keras bagi dunia pendidikan formal kita. Diperlukan pembuktian yang sangat cepat dalam menjawab persepsi tersebut sekaligusnya sebuah tantangan baru bagi dunia pendidikan formal.

 Peran yang disematkan kepada pendidikan formal tidaklah mudah, karena ia mengelola keliaran berfikir manusia yang sangat dinamis dengan berbagai latar belakang yang dimiliki. Ditambah dengan perkembangan zaman yang begitu cepat tentu perlu penyesuaian terhadap metode pengajaran atau transfer knowledge yang ada dalam lembaga pendidikan formal, sehingga out put yang di hasilkan mampu menjawab tantangan zaman. 

Zaman yang sudah masuk dalam era Revolusi Industri 4.0 dimana seluruh aktivitas yang bersifat repetitive, massif dengan pola algoritma yang mampu dibaca dengan sebuah system robotic maka proses tersebut akan berpotensi tersubtitusi dengan  artificial intelligent. Kiranya bukan merupakan hal yang haram bagi dunia pendidikan memanfaatkan teknologi yang ada untuk membuka ruang pengetahun yang terbuka. Tanpa sekat ruang kelas dan gedung yang menjejalinya. 

Sebagai contoh sekarang sudah maraknya belajar via webinar, video conference dan lain sebagainya. Karena sejatinya pendidikan memang mengantarkan manusia menuju gerbang kesempurnaan yang paripurna bukan malah menjebak manusia dalam kejumudan materialisme. sehingga bukan saja fokus pada formalisasi pendidikanlah an sich tetapi bagaimana pendidikan formal mampu menjadikan manusia mampu mengangkat dirinya dan orang lain menuju peradaban yang penuh dengan manfaat dan hikmah.   Mungkinkah dunia pendidikan formal mampu bersaing dengan pendidikan non-formal? Semoga mampu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun