Berbeda-beda agama tetapi tetap satu dan rukun antar sesama itulah  Indonesia. Negara Indonesia  damai dengan keberagamannya. Keberagaman yang identik dengan perbedaan, bahkan ratusan etnik dengan budaya yang berbeda  sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat dapat memancing terjadinya konflik. Eksistensi suku etnik yang ada di tanah air dengan berbagai kepentingan mungkin  akan memunculkan gesekan bilamana pola hidup damai dan rasa toleransi antar sesama itu lemah. Toleransi menjadi cara untuk mencegah perpecahan di tengah perbedaan dan keberagaman budaya serta agama di Indonesia.
Sedangkan Rosulullah telah mengajarkan toleransi sejak penyebaran Islam yang ditandai dengan perjanjian Hudaibiyah. Fakta sejarah toleransi juga pernah di praktikkan oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah melalui Piagam Madinah. Piagam ini adalah contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang menjelaskan bahwa toleransi beragama adalah sikap saling menghormati diantara  yang ada, tidak menyakiti serta melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah. Di dalamnya secara jelas dinyatakan bahwa umat Yahudi  dan yang lainnya adalah umat yang satu dengan kaum muslim. Mereka akan diperlakukan secara  baik dan adil serta dijamin hak-haknya. Sehingga tidak melakukan kejahatan dan penghianatan.
Toleransi beragama bukanlah untuk saling melebur menjadi satu keyakinan, saling bertukar keyakinan diantara agama yang berbeda melainkan mua'amalah atau interaksi sosial. Â Oleh karena itu, terdapat batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Seperti halnya yang telah dicontohkan para wali songgo di tanah Jawa, betapa shohih penyebaran islam yang dilakukan walisongo dengan pola-pola toleransi yang amat mencengangkan bagi keagungan ajaran Islam. Di situlah peran penting toleransi dimana setiap orang berhak untuk dapat mengendalikan diri, menyediakan ruang untuk saling menghargai dan menghormati.
Dalam islam Gus Dur mengajarkan kepada masyarakat untuk memahami benar bahwa esensi  islam adalah kemanusiaan. Maka dalam pandangan para ulama memang ada hak Allah yaitu kita hamba Allah dan kita beribadah kepada Allah tetapi juga ada hak manusia yang kita harus tunaikan.  Lalu, Bagaimana sesama  manusia itu membangun harmoni untuk  menjunjung tinggi nilai kemanusiaan? Agama sebagai  jalan kemanusiaan menjadi titik awal untuk membangun nilai-nilai agama yang humanis di tengah-tengah keberagaman masyarakat. Â
Oleh karena itu, untuk mencapai kebahagiaan dan ketentraman dalam bertoleransi seseorang harus memiliki prinsip atau pegangan. Adapun prinsip tersebut, diantaranya:
1. Â Kebebasan beragama
Syariah telah menjamin bahwa tidak ada paksaan dalam beragama karena pemaksaan kepada orang lain untuk mengikuti agama kita adalah sikap yang tidak pernah diajarkan, tidak ada dasar dan contohnya didalam sejarah islam awal. Justru dengan sikap toleran yang amat indah itulah, sejarah peradaban islam menghasilkan kejayaan islam dan telah di catat dengan tinta emas oleh sejarah peradaban dunia hingga hari ini dan masa depan.
2. Â Solidaritas sosial
Masyarakat yang memiliki prinsip solidaritas yang sangat tinggi tanpa membedakan agama dalam berinteraksi menjadi salah satu tujuan yang sangat mulia. Mengapa? karena prinsip ini saling berpengaruh satu sama lain. Prinsip ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dalam berinteraksi sosial, gotong-royong, dan sebagainya yang dilakukan secara bersama-sama tanpa memandang latar belakang agama.
3. Â Saling tolong-menolong dengan sesama manusia.
Sikap saling tolong-menolong dan melindungi  tanpa mempersoalkan keyakinan diantara sesama umat manusia menjadi prinsip yang sangat kuat didalam islam. Hal tersebut, muncul dari pemahaman bahwa manusia adalah satu badan, artinya mereka telah menyakiti antara satu sama lain ketika mereka telah kehilangan sifat kemanusiaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H