Mohon tunggu...
Supanta Hadi
Supanta Hadi Mohon Tunggu... profesional -

Ingin menjadi manusia yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lagi......Kita Bodoh Memberantas Korupsi...

12 Juli 2011   13:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:44 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Korupsi sudah menjadi sebuah kata dengan seribu sejuta sub cerita di negara ini. Kata korupsi bisa menjadi kisah sadis dan jahat si pelakunya. Bisa menjadi geram marah sejuta manusia. Menjadi kerikil tajam bagi seorang presiden. Bisa menjadi lahan makan para oknum hukum. Bisa menjadi masalah besar bagi masa depan bangsa ini.

Korupsi lahir dan terbentuk bersamaan dengan peradaban licik manusia. Menyebar, menyusup, marasuki jiwa demi jiwa, individu demi individu, dari usia awal kehidupan sampai usia yang manusia tidak pernah terpuaskan insting possesivitas materi. Tumbuh bersama dengan licik dan culasnya manusia sebagi makhluk sosial, pelaku dan korban politik, pemanfaat dan peng-eksploitasi hukum, para penyalah-guna kekuasaan, tumbuh mendampingi, jahat membisiki, tanpa hati tanpa rasa menyesatkan para pencari kehidupan, pencari gengsi, pencari harga diri, pemuja duniawi, penindas manusia tanpa hati. Mendekati semua sendi kehidupan.

Korupsi tidak tumbuh dalam sejam. Dia lahir dari setitik niat kejahatan sisi gelap manusia, segumpal naluri kecurangan manusia. Sehari, seminggu sebulan, tahun demi tahun, sampai usia manusia jahat itu bisa menyamai atau melebihi usia nabi. Perlahan tetapi pasti. Manusia jahat berhati busuk, ringan hati untuk mencuri, mengurangi, adalah manusia kuat, manusia teguh sekaligus pembunuh berdarah dingin. Merampok dengan kesantunan, senyum, kata manis, bahkan dengan satu episode kutbah.

Manusia tanpa hati, tanpa kenal dosa. Mereka berkelompok seperti halnya segerombolan serigala, atau nyaris sekumpulan manusia santun, berdasi, tangan dan kakinya bersih dari debu, tapi hatinya berbulu. Mereka besar, kuat dan berjuta bersaudara. Mereka juga tersebar di mana saja, di mana ada manusia, keculasan, pencurian, perampokan itu ada.

Korupsi telah menjadi darah daging sebuah bangsa. Benar !! Korupsi tidak bisa diberantas. Sekali lagi tidak bisa diberantas. Dari dekade ke dekade, korupsi semakin merajalela. Korupsi tidak bisa diberantas. Malah Bertambah.

Korupsi telah tumbuh 40 tahun terakhir. Apalah gunanya kalau hanya mecoba menangkapi para koruptor, yang hasilnya tidak penah jelas ? Ibaratnya mengejar dan memukuli nyamuk rumah, menangkap dan membunuh nyamuk rumah. Tetapi, di sana "ruang dan tempat" tumbuhnya para korupsi tidak pernah tersentuh. Genangan air kemiskinan tempat tumbuhnya masalah sosial tidak pernah diatasi. "Tempat" tumbuhnya jentik-jentik kecebong koruptor. Akhlak bangsa, pendidikan budi pekerti, nilai luhur agama yang semu, permukaan, munafik, Islam KTP, haji tomat adalah breeding place koruptor. Gaya hidup hedonisme materialistis, pemuja materi, hamba budaya dan provokasi konsumerisme adalah tempat hangat untuk tumbuhnya jiwa-jiwa culas, curang, pencuri, dan maling. Ke mana pendidikan selama 40 tahun ini ? Kemana kemulian akhlak Pancasila selama 40 tahun ini ? Kemana larinya jutaan masjid dan tempat ibadah lainnya ? Ke mana larinya, bangga dan riyak' nya pangilan bang haji, bu haji, kang kaji ? Di mana bekas ratusan jamaah haji, rebutan kursi haji selama ini ? Kita juga susah menemukan adab ketimuran yang luhur dan dipiji itu. Semuanya ke mana... di mana....

Perlu untuk 40 tahun lagi untuk membentuk manusia baru. Perlu waktu yang lama untuk merombak sebuah konstruksi mega kuat bangsa, yang namanya mental korupsi. perlu waktu lama, bukan hanya sekedar mencoba menangkapi para tikus koruptor, tanpa mengerti dari mana dan mengapa para tikus itu bertahan selama ini. Kita tidak bisa menyembuhkan sebuah "infeksi" korupsi, hanya dengan tindakan "simptomatis" mengatasi gejalanya. kita perlu tahu daur hidup tumbuhnya mental korupsi, kita perlu tahu perjalanan alamiah terbentuknya mental korupsi. Kita harus tahu siklus hidup mental mencuri. Kita harus mencari dibalik semua ini, mencari root cause nya. Alangkah bodohnya kita memukuli nyamuk, tanpa tahu di belakang sana ada rawa dengan miliaran nyamuk tumbuh setiap hari.

Berpuluh tahun kita mencoba membasmi, berpuluh tahun telah tumbuh jauh libih subur dan rimbun para kader korupsi. Kita perlu ngelmu, komitmen, masyarakat yang kuat, pemimpin yang tegas, tidak ingah-ingih, kita perlu persatuan dan kesatuan, kita perlu togetherness, nasionalisme, daya tahan, stamina, kita perlu berlatih, kita perlu harus tough, kita haru jujur. Kita salah selama 40 tahun ini. Kita salah selama ini.

Kang Esha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun